"Terkadang gue tidak bisa mendefinisikan perasaan yang gue alami. Padahal gue merasa sebagai orang yang memahami betul pada apa yang terjadi dalam diri gue, orang yang memiliki kesadaran penuh mengenai apa yang terjadi. Tapi tetap saja ini terjadi.
Rupanya emosi memang terlalu kompleks untuk dipahami sang kognisi. Rupanya perasaan bukanlah suatu hal yang mudah untuk dikonversi menjadi pemahaman. Sehingga kesadaran ternyata tidak identik dengan pikiran, tapi juga kesadaran dalam domain rasa.
Ketidakmampuan gue mendefinisikan perasaan ini membuat gue bingung harus bagaimana. Karena rupanya sang kesadaran dalam diri gue telah dikuasai kognisi. Sehingga penyikapan gue terhadap segala sesuatu melalui mekaniske yang kurang lebih sama, yaitu: definisi – (bila perlu) mencari tambahan informasi – analisis – membuat kesimpulan – implementasi.
Dalam hal ini gue gagal dalam mendefinisikan rasa yang gue alami sehingga secara otomatis gue tidak bisa mengambil kesimpulan, apalagi mengimplementasikannya dalam bentuk tindakan.
Rupanya gue memang harus belajar banyak lagi tentang diri gue sebagai manusia, sehingga pemahaman parsial yang selama ini gue pegang akan menjadi sebuah pemahaman komprehensif, utuh dan menyeluruh, termasuk terhadap domain rasa"
Tangerang 1 Syawwal 1528 H
01:50 WIB
Kayaknya lagi sedih ditinggal Ramadhan
jadi, tulisan lo kali ini mencerminkan betapa para pria sangat didominasi rasio dan bukan perasaan ya man?
BalasHapusGue pria...Tapi gue gak bilang semua pria seperti itu.
BalasHapusTiap pria,,bahkan tiap manusia,,tuh unik Dra!
Gue yakin lo yang udah lulus duluan ngerti hal itu... :)
oh, pria tetep pake perasaan ya? tp porsinya lebih dikit bukan dibanding perempuan?
BalasHapus@hannakhaliddiyyah:
BalasHapusTiap manusia tuh unik..
ok deh, saya suka yg unik2 koq, hehe gak nyambung...
BalasHapus