Rabu, 27 Februari 2008

Hikayat Iman

Biarkanlah aku mengganggu hari-harimu,

membuatmu terbiasa dengan kehadiranku.

Biarkan aku mengusik perhatianmu,

sehingga kau menyadari kehadiranku.

Lalu kau mulai melirikku, memperhatikanku, dan mendengarkan kata-kataku.

Kaupun mulai memepercayaiku, menjadikanku bagian dari hidupmu.

Dan perlahan tapi pasti akupun merasuki hatimu,

menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam hidupmu,

selamanya…setiap waktu.

 

Jakarta, 12 Januari 2008

20:32 WIB

Share:

Minggu, 17 Februari 2008

Sekrup-sekrup Mesin Penggerak Peradaban Islam

Dulu, pernah ada kenalan gue yang sangat idealis. Ia tidak akan mau menjadi seorang "sekrup kapitalis." Ia tidak akan mau bekerja pada perusahaan-perusahaan yang menjadikan laba sebagai tujuan utamanya. Ia tidak mau terjebak dalam rutinitas pemerasan kaum borjuis gaya baru, dimana sebagai seorang pekerja, ia sampai kapanpun tidak akan pernah mencapai tingkat kesejahteraan yang sama dengan borjuis-borjuis pemilik modal, dengan orang-orang kapitalis itu.

Maka tak heran jika setelah terjun ke dunia nyata, ia tidak ikut-ikutan melamar kerja ke perusahaan-perusahaan yang menyediakan lowongan sebagaimana teman-temannya yang dulu sok idealis dan menyetujui pendapatnya, ia membuka usaha sendiri, mencoba menjadi entrepreneur sejati. Tapi yang tidak ia sadari bahwa ia sedang menciptakan mesin kapitalisnya sendiri, walau mungkin laba tidak menjadi tujuan utamanya.

Pada suatu saat mesin yang ia bangun akan bersaing dengan mesin-mesin kapitalis yang telah ada. Mungkin mesinnya akan menjadi sebuah mesin raksasa yang mampu menyerap banyak "sekrup-sekrup" baru, fresh graduate dari universitas ternama. Atau mesinnya akan stagnan dan makin lama makin ketinggalan jaman, sehingga suatu saat akan tergilas oleh waktu.

Tapi bukan itu yang gue kagumi dari beliau, karena satu dan lain hal idealismenya tentang "sekrup-sekrup kapitalis" masih bisa diperdebatkan. Yang gue kagumi adalah konsistensinya dalam membangun mesin peradaban. Dimulai dari beliau sendiri yang selalu aktif meng-upgrade mesin keimanannya. Kemudian beliau membangun mesin keluarga yang sejalan dengan mesin keimanannya. Juga turut aktif dalam masyarakat, mencoba membangun mesin yang lebih besar, yang mampu menyerap lebih banyak "sekrup-sekrup" sebagai bagian dari mesin masyarakat Islami. Dan walaupun sudah membangun banyak mesin dalam hidupnya, beliau tetap merasa sebagai "sekrup mesin penggerap peradaban Islam." Jika beliau "hanya" sekrup, lalu gue apa?

Share: