Kamis, 22 Mei 2008

Jerawat Azab

Pernah aku meyakini bahwa ke-Maha Adil-an Allah hanya berlaku di hari akhir nanti, tidak di muka bumi ini. Aku melihat begitu banyaknya kesewenang-wenangan. Aku melihat begitu banyak kezholiman. Aku melihat begitu banyak kejahatan. Tapi para pelakunya dapat hidup bebas, berjalan dengan sombong di muka bumi ini tanpa satupun hukum manusia yang bisa menjeratnya.

Tidak seperti umat manusia jaman dahulu yang langsung Diazab jika melakukan kedurhakaan, para pelaku kemaksiatan saat ini diberi penangguhan oleh Allah. Kejahatan mereka akan dicatat, diakumulasi, untuk kemudian diberi balasan di akhirat nanti. Itulah sebabnya aku meyakini bahwa Ke-Maha Adil-an hanya berlaku di hari akhir nanti. 

Sampai suatu hari datanglah Alan mengeluhkan jerawat di jidatnya, “Sialan Man, kayaknya gue kena azab gara-gara kebanyakan maksiat nih..”

“Kenapa emangnya Lan?” 

“Lo liat gak jidat gue?”

“Iya, makin lebar. Emang kenapa? Hehe…” 

“Kodok…Bukan itu. Nih ada beberapa jerawat di jidat gue.”

“Terus apa hubungannya ama azab dan maksiat?” 

“Ya, kayaknya ini azab dari Allah karena gue berbuat maksiat deh”

“Emang lo berbuat maksiat apa Lan?” 

“Ya lo gak perlu tahu dong.”

“Terus maksudnya azab?” 

“Ya azab. Siksaan Allah berupa dicabutnya kenikmatan dalam diri makhlukNya.”

Siingg… Hampir meledak tawaku. Sebuah hal yang tidak masuk akal untuk seorang Alan yang begitu sholeh tapi cuek akan penampilannya, bahwa jerawat di jidatnya dianggapnya sebuah azab, terlepas dari maksiat yang dilakukannya. Dan nampaknya Alan membaca keheranan dan tawa tertahanku. 

“Jangan ketawa lo Man. Gini deh, menurut lo kenikmatan apa yang lo miliki, yang jika Allah cabut maka lo akan sangat menyesal?”

“Kenikmatan iman” 

“Yee…kalo itu dicabut oleh Allah lo pasti gak akan menyesal lagi. Dan bukan azab, tapi jauh lebih buruk dari itu. Coba yang lain.”

“Kenikmatan belajar islam, ukhuwah, keluarga, kesehatan, ilmu, waktu luang, mendidik…” 

“Oke-oke. Kalau lo sebutin semua nikmat yang Allah berikan, kayaknya gak akan selesai-selesai. Maksud gue disini adalah kenikmatan beribadah.”

“…” 

“Lo pernah gak sih merasakan betapa nikmatnya sholat malam Man?”

“Yap. Tapi kayaknya akhir-akhir ini berkurang deh.” 

“Nah sama kayak gue. Tapi hal ini diperparah dengan jerawat yang ada di jidat gue. Sehingga kalau gue sujud kerasa sakit banget. Alih-alih khusyu dan nikmat, yang ada justru sakit dan ngegganggu konsentrasi sholat gue.”

Yap, percakapanku dengan Alan mengubah secara total paradigmaku tentang azab dan kenikmatan. Begitu juga kisah yang dituliskan Imam Ibnu Al-Jauziy dalam bukunya yang berjudul Shaidul Khathir.  Dikisahkan bahwa seorang pendeta Bani Israil berkata, “Wahai Tuhanku, betapa seringnya aku berbuat maksiat, namun mengapa tak kunjung datang azab-Mu menimpa diri ini?” Dikatakan kepadanya, “Betapa banyak azab-Ku menimpa dirimu, namun engkau tak tahu bahwa itulah azab-Ku. Tidakkah engkau merasa, telah Aku halangi dirimu untuk merasakan kenikmatan bermunajat kepada-Ku?”

Maksiat yang disusul dengan maksiat adalah siksaan atas maksiat itu sendiri. Kezholiman, kesewenang-wenangan, dan kejahatan yang dilakukan, bukan hanya menjauhkan para pelakunya dari kenikmatan bermunajat kepada Allah, melainkan juga akan membuat pelakunya melakukan bentuk kedurhakaan yang sama ataupun berbeda dengan intensitas yang lebih besar. Sebaliknya kebaikan yang berbuah kebaikan merupakan balasan atas kebaikan itu sendiri.

 “Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (QS. 3:178)



“Katakanlah: "Mungkin telah hampir datang kepadamu sebagian dari (azab) yang kamu minta (supaya) disegerakan itu” (QS. 27:72)

Tangerang, 21 Mei 2008
13:54 WIB
Inspired by Imam Ibnu Al Jauziy and Teman KhayAlanku

Share:

14 komentar:

  1. gw setuju sama alan
    pada dasarnya yang namanya jerawat itu azab
    muka gw kayak pizza dibuatnya

    BalasHapus
  2. wakakak..wah subhanallah..Allah memang selalu menitipkan hikmah di setiap kejadian meskipun hanya lewat jerawat..

    BalasHapus
  3. um..mau dunk kenalan ma si Alan?

    BalasHapus
  4. Si alan orangnya pemalu. Jadi hanya bisa dikenali lewat tulisan-tulisannya ... hehe...

    BalasHapus
  5. si alan (pake spasi) kece deh!
    makasih atas hikmah yang dibagi di sini ya..
    semoga diberi pengganti yang jauh lebih baik oleh-Nya. amiin.

    BalasHapus
  6. hm, nambah lg, tadi kelupaan..
    kalau menurutku, iman..
    bukan Allah Mahaadil pada saat tertentu (misalnya di akhirat) saja, bagiku itu bener2 ga masuk akal dan ga masuk keyakinan.. =D
    Dia selalu Mahaadil, hanya saja tidak selalunya bahasa-Nya dapat dipahami oleh akal dan persepsi indera manusia yang terbatas, huehe..
    yang kuyakini sih gitu, Dia sempurna, kita terbatas..

    BalasHapus
  7. @dian:
    Yap,Allah Maha Adil di setiap saat.Tapi khan di sisi Allah,waktu tuh bagian dari ciptaanNya.Ngerti khan apa yg sy maksud?
    Btw,ktrbatasan manusia jg brjenjang loh.He2..

    BalasHapus
  8. paham, tapi khawatirnya ga paham maksud kamu..
    tapi aku jadi girang sendiri, karena kamu ingatkan di sini, aku jadi sadar (mungkin buat yg pertama kalinya) bahwa waktu adalah juga ciptaan-Nya..

    *merasa norak karena memberi batasan dengan setiap saat*

    ya ya ya, ada jenjangnya..
    mungkin kamu dan teman2 lain jenjangnya memang lebih tinggi, sehingga bisa paham dengan penelitian air tadi, huehe..

    makasih ya, iman. udah ngingetin yang tadi..
    semoga mendapat pengganti yang jauh lebih menggirangkan hati dari-Nya..

    BalasHapus
  9. @dian:
    Nah,dng bpijak pd premis bhw waktu adlh jg ciptaan Allah,maka pnyataan2 bhw Allah Maha Adil saat di akhirat,ataupun Allah Maha Adil di setiap saat,jadi gk ada bedanya khan?Soalnya Zat Allah sendiri trbebas dari kterikatan waktu..

    BalasHapus
  10. Subhanallah...
    Berbahagialah orang yang bisa memaknai hidup dan mengambil hikmah dari hal-hal yang terkesan sepele. Ini adalah keimanan yang datangnya dari hati bukan Casing semata.Bagus lah Man punya temen kaya gitu.... Paling ga bisa dapet pencerahan.......

    BalasHapus
  11. hmm, akhirnya paham maksudnya.. ^__^

    BalasHapus
  12. @hannakhaliddiyyah:
    Syukurlah klo paham. Mudah2an gak salah paham ya..

    BalasHapus
  13. kalau salah paham, masih ada akh Iman utk meluruskan hehe..

    BalasHapus