Selasa, 01 Juli 2008

Pena Membisu

Pena itu berhenti bicara, karena pemiliknya dalam bencana...Bukan... Bukan fisiknya yang terluka. Tapi jiwanya meronta-ronta, ditarik dari 2 sisi berbeda.

Pena itu mengerti, bahwa apa yang dia ucapkan seharusnya menjadi pelajaran bagi dunia. Bukan omong kosong belaka. Dan dia tahu bahwa jiwa yang mendua, menghasilkan sia-sia.

Tapi pena itu tersenyum, karena dari musibah akan lahir hikmah. Akan tiba saat baginya memberi arti lagi pada semesta.

Tangerang, 1 Juli 2008

01:39 WIB

Share:

13 komentar:

  1. bahasa nya tinggi banget nih.. ck ck. sindrom gunung tinggi nih..;)

    BalasHapus
  2. Itu curhat colongan Ndra. Hehe...

    BalasHapus
  3. Terus sekarang juga bekerja di ketinggian. Makin jadi deh. Hehe...

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah bi khair Jar. Iya nih. Gue dsini jarang OL...

    BalasHapus
  5. curhatan colongan yang sangat menginspirasi dan membuatku ingat pada beberapa hal penting yang terlupakan. makasih ya.

    BalasHapus
  6. saat menulis, menulislah dengan jujur. itukah maksudnya? ^__^

    BalasHapus
  7. @hannakhaliddiyyah:
    Salah satunya itu..

    BalasHapus
  8. cuma salah satu ya??
    hmm, yg lain apa ya?
    *mikir dulu

    BalasHapus
  9. @hannakhaliddiyyah:
    Selamat berpikir.. :)

    BalasHapus