Senin, 08 Desember 2008

Persimpangan Niscaya

Persimpangan itu pasti ada, karena awal dari perubahan, maka ia niscaya. Tak bisa kita berdiri lama disana. Tak bisa, karena kita harus terus bergerak, karena diam itu mematikan. Dan kita pun terus berjalan.

Persimpangan itu niscaya. Karena itulah jalan yang benar menuju perbaikan. Karena jika tidak, kita akan terus menerus dihantui kemunafikan.

Persimpangan itu kini terlihat di depan mata. Bola panas pun bergulir di tangan kita. Kita harus mengopernya, jika tidak kita akan hangus dimakan bara.

Kemanakah kita akan pergi?
Kemanakah akan kita gulirkan bola ini?

Tangerang, 8 Desember 2008
22:49 WIB
Share:

20 komentar:

  1. Ke mana akan bergulir si bola bakso? Ke dalam mulut, dong.

    *cekikik cekikik*

    Makasih ya, udah ngingetin via tulisan kamu, Iman..
    Semoga kita semua senantiasa ditunjuki jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Dia telah anugerahkan nikmat pada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Amin.

    BalasHapus
  2. Ke mana akan bergulir si bola bakso? Ke dalam mulut, dong.

    *cekikik cekikik*

    Makasih ya, udah ngingetin via tulisan kamu, Iman..
    Semoga kita semua senantiasa ditunjuki jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Dia telah anugerahkan nikmat pada mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Amin.

    BalasHapus
  3. @dian:
    Sama-sama di..

    *jadi laper pengen makan bakso gedhem*

    BalasHapus
  4. KE GAWAAAAAAANG!!!!
    eh....kalo Bola Bakso, ke mulut aye aje bang!!

    BalasHapus
  5. Ah, kata "bakso" selalu merangsang pusat rasa lapar di otak kamu kah, Iman?

    Aku setuju sekali bahwa diam di persimpangan mematikan. Bukan karena perkara jadi gampang ditabrak kendaraan yang mau lewat..
    Aku pernah ngalami itu, dan rasanya benar-benar seperti hidup tanpa makna, hampa. Serem. Dan aku kapok.

    *lalu sedih lagi mengenang masa lalu*

    BalasHapus
  6. @inka:
    Nih terima operan gw..

    *menendang bola bakso gedhem*

    @dian:
    Makanya selalu sedia peta seperti dora..

    *karena peta petunjuk jalan semesta*

    *teringat QS.2:2*

    *terharu sendiri*

    BalasHapus
  7. *langsung buka peta*

    Ah ya, makasih lagi, Iman. Semoga diberi pengganti yang lebih baik dan banyak dari-Nya. Amin.

    BalasHapus
  8. @dian:
    Pengganti? Lebih baik dan lebih banyak?

    *membayangkan bakso yang lebih gede dari bakso gedhem..dan bukan cuma satu*

    *perut berbunyi, air liur menetes*

    BalasHapus
  9. Jangan terlalu memaksakan diri, Iman..

    Ngga jelas bo..

    *geleng-geleng kepala*

    *lalu ngeloyor pergi*

    BalasHapus
  10. Ketika persimpangan itu niscaya, seharusnya bukan kebingungan yang melanda batin. Karena tujuan sudah ditetapkan saat memulai perjalanan. Hingga yang perlu dilakukan adalah memilih jalan yang menggiring pada tempat tujuan.

    BalasHapus
  11. berarti... niscaya itu persimpangan???

    *garuk2nggakngerti

    BalasHapus
  12. Sip. Sip. Setuju sama Kak Emma.

    Makanya, biar ngga bingung di persimpangan, kita mesti pakai peta..

    *dora mode ON*

    BalasHapus
  13. @emma:
    Yap, you're right.

    @dyas:
    Niscaya itu suatu kepastian. Sifat yang melekat pada persimpangan, bukan persimpangan itu sendiri. Coba pelajari lagi filog-nya y. He2..

    @dian:
    Walaupun tujuan dah jelas, terkadang persimpangan yang kita hadapi tampak membingungkan. Itulah gunanya peta.

    BalasHapus
  14. apa lg tuh filog???

    *akhir2 ini banyak belajar istilah baru yg aneh2
    ketahuan, btapa minimnya kosakata dyas
    huh...

    BalasHapus
  15. @dyas:
    Tanya ama anak psikologi angkatan atas..

    BalasHapus
  16. emang iya ya kak?

    *mikir*

    kok kesannya jadi semua orang mulai di jalan yang salah ya..kesan yang kutangkep begitu dari kalimat ini "Karena jika tidak, kita akan terus menerus dihantui kemunafikan." kan fitrahnya manusia baik kok, diawali dengan kesucian, baru (mungkin) nemu persimpangan, itu juga ngga persimpangan amat, karena menurutku, kalo persimpangan itu, ngga ada yang lebih berat, 22nya seimbang, tapi kalo dipikir asal mulanya kita semua baik, jalan yang lebih dominan mestinya adalah yang baik (taqwa) dan jalan fujur adalah perubahan buat kita, jadi --masih menurutku-- kayanya ngga bisa disebut persimpangan juga

    haah..tapi mungkin presipitasi kak iman buat tulisan ini beda dengan apa yang kupikirkan ya..

    BalasHapus
  17. @ludi:
    Yap, kita punya konteks berbeda dalam memahami tulisan ini..

    BalasHapus
  18. Persimpangan ada dan baik jika yang lurus bukan lurus sebenarnya. Tapi perubahan ada bukan hanya buah dari sebuah persimpangan,bisa jadi karena adanya perbaikan-perbaikan, pergerakan untuk maju pada rel yang sama. Karena hidup itu adalah proses.

    BalasHapus
  19. subhanallah, saya suka kata2nya; persimpangan.
    hidup adalah tentang pilihan dan pilihan yg kita ambil menentukan siapa kita.
    semoga Allah selalu membimbing.
    jzk.

    BalasHapus