Jumat, 03 Desember 2010

Social Capital dalam Pernikahan Barokah

Ketika memutuskan untuk menikah pada bulan syawal kemarin, uang di tabungan saya hanya kurang dari 3 juta rupiah. Suatu jumlah yang sangat pas-pasan, bahkan untuk sebuah pernikahan sederhana sekalipun. Tapi saya tak ambil pusing tentang masalah dana ini, karena sudah banyak cerita dari teman-teman dan sahabat saya tentang betapa Allah menolong hambaNya yang ingin menikah. FirmanNya dalam surat An Nur ayat 32 merupakan sebuah kebenaran yang terwujud nyata dalam kehidupan.

Tapi mustahil jika ujug-ujug Allah menolong hambaNya dengan sebuah keajaiban. Mukjizat hanya milik hambaNya yang terpilih. Untuk manusia biasa seperti saya, pertolongan Allah datang dalam sebuah proses, dalam sebuah sebab akibat yang bisa kita upayakan. Akan sangat panjang jika saya menguraikan jalinan sebab akibat yang tak terputus ini. Maka saya akan memulainya dari pemberitahuan keinginan saya untuk menikah, kepada ibu saya.

Ketika saya memberitahukan rencana pernikahan saya pada ibu, beliau terkejut. Karena pertama, rencana pernikahan itu tinggal satu bulan lagi. Sedangkan yang kedua, karena ternyata saya telah melakukan proses lamaran terlebih dahulu bersama seorang sahabat. Suatu hal janggal dalam keluarga saya yang masih family-sentris.

Tapi keterkejutan beliau tidak justru mempersulit saya. Beliau bahkan menyuruh saya untuk memberitahukan secepatnya rencana ini pada saudara-saudara saya. Bahkan saudara yang cukup jauh sekalipun. Maka dimulailah rangkaian roadshow silaturahim ke hampir seluruh keluarga besar saya.

Dengan tulus, ibu saya menemani saya dalam rangkaian silaturahim dan rapat keluarga. Dan dengan halus, beliaulah justru yang mengingatkan arti pentingnya tolong-menolong dalam kebaikan kepada saya dan saudara-saudara yang kami kunjungi. Satu hal yang menambah point bagi beliau untuk menjadi wanita yang paling saya cintai dalam hidup saya.

Setelah proses silaturahim selesai, maka terjadilah proses berikutnya. Proses dimana dukungan moral dan dana mengalir, memuluskan rencana pernikahan saya. Silaturahim adalah sebab, sedangkan dukungan moral dan dana merupakan akibat. Yah, boleh dibilang sesimpel teori ekonomi makro yang banyak meng-ceterus paribus-kan faktor lainnya, sesimpel itu pulalah sebab akibat silaturahim serta dukungan moral dan dana.

O iya, ada satu hal lagi yang sebenarnya sangat penting dalam suksesnya proses pernikahan ini. Satu hal yang rutin saya lakukan selama 2 tahun sebelumnya, yaitu doa.

Tangerang, 3 Desember 2010
16:11 WIB
"Jalani saja! Jangan banyak berteori sebelum mencoba!"
Share:

14 komentar:

  1. patut dijadikan contoh neh. Sedikit uang bukan penghalang. Jalani saja!

    BalasHapus
  2. @ummu una:
    Makasih ki. Barakallahu fi umrik ya..

    BalasHapus
  3. malu.. ngomongin umur dah nambah.. serasa tak muda lagi... btw, jazzakallah..

    BalasHapus
  4. Barokallah ya man... btw, siapa calonnya?

    BalasHapus
  5. cuma sempet baca bagian ini
    *buruburu.dom

    like thiis..
    barakallah.. moga salah satu berkah pernikahan k Iman adalah k Iman bisa sering2 nulis lagi..
    :)

    BalasHapus
  6. @mb ani:
    Bukan calon lg mb. Udah jadi. He2..
    Yg pasti bukan tim pulau sempu dulu.. :)

    @eza:
    Amin..
    Yap, mudah2an tetap menghasilkan tulisan bermanfaat. Eza juga ya..

    BalasHapus
  7. o...udah ya. selamat ya....semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rohmah. kapan sih?
    eh eh...kalo bisa cariin tuh calon buat tim pulau sempu yang belom...

    BalasHapus
  8. @mb ani:
    Amin.
    Tgl 2 oktober kmrn.

    Klo gk salah, dari tim sempu tinggal 1 orang ya yg blm nikah. Yah, mudah2an segera dapet jodohnya deh. Allah Tahu yang terbaik untuk hambaNya.. :)

    BalasHapus