Ada satu adegan dalam film Sang Pencerah yang menarik bagi saya. Adegan dimana Ahmad Dahlan sedang mempresentasikan arah kiblat yang sebenarnya dengan menggunakan ilmu dan teknologi yang saat itu belum lazim di kalangan ulama. Presentasi ini gagal total karena para ulama sepakat bahwa peta dunia dan kompas merupakan produk orang kafir, karenanya, kedua benda tersebut tidak bisa dijadikan acuan dalam peribadatan kaum muslim. Para ulama lebih memilih untuk mengikuti para pendahulu mereka yang telah turun temurun menentukan arah kiblat mereka.
Kita yang sejak SD belajar geografi tentu merasa miris melihat adegan tersebut. Melihat para ulama yang merupakan orang-orang pilihan, ternyata begitu 'bodoh.' Mereka lebih memilih mengikuti kebiasaan nenek moyang mereka daripada menggunakan ilmu dan teknologi orang-orang kafir. Secara tidak sadar, para ulama tersebut telah membangun suatu teori konspirasi. Suatu teori yang menyatakan bahwa apapun produk, ilmu, dan teknologi yang berasal dari barat adalah bagian dari konspirasi Yahudi untuk menghancurkan ummat Islam.
Teori konspirasi ini berkembang pesat di kalangan ummat. Kecurigaan terhadap berbagai produk barat semakin merajalela. Tidak hanya produk barang dan jasa, tapi juga ilmu dan teknologi. Maka, selain boikot terhadap makanan, minuman, sabun, pasta gigi, dan produk konsumsi harian lainnya, sebagian kalangan muslim juga melakukan boikot terhadap ilmu dan teknologi barat.
Hipnosis contohnya. Banyak orang yang menuduh ilmu ini sesat. Sebagian mengatakan bahwa hipnosis hanya bisa dilakukan menggunakan jin, maka otomatis pelakunya adalah musyrik.
Dalam hal ini, ketika saya dulu masih mengajar di sebuah pesantren di Banten, pimpinan pondok yang merupakan ketua majelis fatwa MUI Banten meminta pendapat saya tentang hipnosis. Menyikapi praktek penyalahgunaan hipnosis yang terjadi, MUI Banten ingin membuat fatwa tentang hal tersebut. Maka, seluruh anggota majelis fatwa ditugaskan untuk mencari informasi sebanyak mungkin tentang hipnosis, termasuk beliau.
Ternyata pemahaman beliau tentang hipnosis tak jauh berbeda dengan masyarakat awam. Bedanya, beliau adalah orang yang tidak malu bertanya, dan tidak sembarangan dalam mencap sesuatu. Setelah beberapa kali diskusi dengan saya, akhirnya beliau paham bahwa hipnosispun ternyata hanyalah sebuah alat. Sang penggunalah yang mampu menjadikan alat ini sesat atau justru bermanfaat untuk ummat.
Saya tidak menafikkan bahwa Coca-cola adalah minuman 'beracun' yang akan menghancurkan tubuh kita. Saya juga tidak menafikkan bahwa ayam goreng dan burger Mc D adalah makanan sampah yang akan menyebabkan berbagai macam penyakit dalam tubuh kita. Saya sangat setuju terhadap tuduhan yang menyatakan bahwa sinetron, idol-idolan, film Indonesia bertema seks dan horor, serta tontonan sampah lainnya, merupakan konspirasi untuk menghancurkan moral ummat. Yang saya tidak setuju adalah ketika kacamata konspirasi ini kita pakai untuk segala hal termasuk dalam ilmu dan teknologi.
Mereka membuat makar. Tapi Allah-lah sebaik-baik pembuat makar. Tak mungkin semua konspirasi itu terlindung rapih. Pasti ada ceceran hikmah yang bisa kita rebut. Ilmu dan teknologi yang mereka ciptakan untuk menghancurkan kita, pasti bisa kita manfaatkan untuk menghancurkan balik para penggagasnya. Jangan sampai teori konspirasi ini justru menjadi konspirasi baru yang membodohi kita dalam menentukkan arah kiblat.
Kita yang sejak SD belajar geografi tentu merasa miris melihat adegan tersebut. Melihat para ulama yang merupakan orang-orang pilihan, ternyata begitu 'bodoh.' Mereka lebih memilih mengikuti kebiasaan nenek moyang mereka daripada menggunakan ilmu dan teknologi orang-orang kafir. Secara tidak sadar, para ulama tersebut telah membangun suatu teori konspirasi. Suatu teori yang menyatakan bahwa apapun produk, ilmu, dan teknologi yang berasal dari barat adalah bagian dari konspirasi Yahudi untuk menghancurkan ummat Islam.
Teori konspirasi ini berkembang pesat di kalangan ummat. Kecurigaan terhadap berbagai produk barat semakin merajalela. Tidak hanya produk barang dan jasa, tapi juga ilmu dan teknologi. Maka, selain boikot terhadap makanan, minuman, sabun, pasta gigi, dan produk konsumsi harian lainnya, sebagian kalangan muslim juga melakukan boikot terhadap ilmu dan teknologi barat.
Hipnosis contohnya. Banyak orang yang menuduh ilmu ini sesat. Sebagian mengatakan bahwa hipnosis hanya bisa dilakukan menggunakan jin, maka otomatis pelakunya adalah musyrik.
Dalam hal ini, ketika saya dulu masih mengajar di sebuah pesantren di Banten, pimpinan pondok yang merupakan ketua majelis fatwa MUI Banten meminta pendapat saya tentang hipnosis. Menyikapi praktek penyalahgunaan hipnosis yang terjadi, MUI Banten ingin membuat fatwa tentang hal tersebut. Maka, seluruh anggota majelis fatwa ditugaskan untuk mencari informasi sebanyak mungkin tentang hipnosis, termasuk beliau.
Ternyata pemahaman beliau tentang hipnosis tak jauh berbeda dengan masyarakat awam. Bedanya, beliau adalah orang yang tidak malu bertanya, dan tidak sembarangan dalam mencap sesuatu. Setelah beberapa kali diskusi dengan saya, akhirnya beliau paham bahwa hipnosispun ternyata hanyalah sebuah alat. Sang penggunalah yang mampu menjadikan alat ini sesat atau justru bermanfaat untuk ummat.
Saya tidak menafikkan bahwa Coca-cola adalah minuman 'beracun' yang akan menghancurkan tubuh kita. Saya juga tidak menafikkan bahwa ayam goreng dan burger Mc D adalah makanan sampah yang akan menyebabkan berbagai macam penyakit dalam tubuh kita. Saya sangat setuju terhadap tuduhan yang menyatakan bahwa sinetron, idol-idolan, film Indonesia bertema seks dan horor, serta tontonan sampah lainnya, merupakan konspirasi untuk menghancurkan moral ummat. Yang saya tidak setuju adalah ketika kacamata konspirasi ini kita pakai untuk segala hal termasuk dalam ilmu dan teknologi.
Mereka membuat makar. Tapi Allah-lah sebaik-baik pembuat makar. Tak mungkin semua konspirasi itu terlindung rapih. Pasti ada ceceran hikmah yang bisa kita rebut. Ilmu dan teknologi yang mereka ciptakan untuk menghancurkan kita, pasti bisa kita manfaatkan untuk menghancurkan balik para penggagasnya. Jangan sampai teori konspirasi ini justru menjadi konspirasi baru yang membodohi kita dalam menentukkan arah kiblat.
Depok, 20 Januari 2011
09:25 WIB
Yang masih bingung tentang imunisasi
09:25 WIB
Yang masih bingung tentang imunisasi