Pena itu berhenti bicara, karena pemiliknya dalam bencana...Bukan... Bukan fisiknya yang terluka. Tapi jiwanya meronta-ronta, ditarik dari 2 sisi berbeda.
Pena itu mengerti, bahwa apa yang dia ucapkan seharusnya menjadi pelajaran bagi dunia. Bukan omong kosong belaka. Dan dia tahu bahwa jiwa yang mendua, menghasilkan sia-sia.
Tapi pena itu tersenyum, karena dari musibah akan lahir hikmah. Akan tiba saat baginya memberi arti lagi pada semesta.
Tangerang, 1 Juli 2008
01:39 WIB