Jumat, 25 September 2009
Rabu, 23 September 2009
Ada yang menganalogikan bhw hidup itu ibarat pendakian ke puncak gunung. Ketika kaki kiri melangkah, maka itulah masalah. Ketika kaki kanan melangkah, maka itulah kreativitas pemecahannya. Maka semakin banyak masalah dan kreativitas yang tercipta, semakin cepat kita menggapai puncak gunung, puncak kesuksesan kita.
Selasa, 22 September 2009
Ada yg sanggup puasa setahun penuh? Gampang kok caranya. Setelah kemarin kita puasa sebulan di bulan Ramadhan, terus kita lanjutkan deh puasa 6 hari di bulan Syawal ini. Karena Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dng 6 hari bulan Syawal,maka seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang masa." (HR. Jamaah kecuali Bukhari dan an-Nasa'i) Mulai secepatnya ya.. :)
Minggu, 20 September 2009
Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dng 6 hari bulan Syawal,maka seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang masa." (HR. Jamaah kecuali Bukhari dan an-Nasa'i) Yuk kita lanjutkan puasa lagi, mumpung masih ada semangat ramadhan. Mulai besok juga gak apa2 kok. Lebih cepat lebih baik.. :)
Sabtu, 19 September 2009
Kamis, 17 September 2009
...Ketika Rasulullah saw keluar,tiba2 beliau dapati para sahabat duduk dalam halaqah (lingkaran). Beliau bertanya, "Apakah yang mendorong kalian duduk seperti ini?" Mereka menjawab, "Kami duduk berdzikir dan memuji Allah atas hidayah yang Allah berikan sehingga kami memeluk Islam." Maka Rasulullah bertanya, "Demi Allah kalian tidak duduk melainkan untuk itu?" Mereka menjawab, "Demi Allah, kami tidak duduk kecuali untuk itu." Maka beliau bersabda, "Sesungguhnya saya bertanya bukan karena ragu2, tetapi Jibril datang padaku memberitahukan bahwa Allah membanggakan kalian di depan para malaikat." (HR. Muslim)
Selasa, 15 September 2009
Senin, 07 September 2009
Minggu, 06 September 2009
Tentang Khilafah
Nah, jika kita ringkas, agaknya sikap kita terhadap Khilafah ada dalam empat poin berikut
- Khilafah itu adalah satu keniscayaan Nubuwat, realistis, dan bukan utopia.
- Khilafah itu memerlukan sebab, maka kewajiban kita adalah berpartisipasi dalam mengikhtiyarkan sebabnya, bukan menunggu berpangku tangan.
- Khilafah itu bukan 'solusi jadi' atas permasalahan ummat, tetapi alat yang dipakai untuk merumuskan dan menjalankan solusi, maka dia membutuhkan banyak sekali perangkat.
- Sumberdaya yang akan mengelola perangkat-perangkat dalam Khilafah haruslah:
- Kapabel dan kredibel. Maka dibutuhkan tarbiyah yang membuat mereka tumbuh, berkembang, berdaya, terjaga, dan tertokohkan.
- Kompeten. Maka dibutuhkan banyak kader da'wah yang terdidik ahli, spesialis berwawasan luas untuk mengisi kualifikasi di berbagai bidang pelayanan ummat.
- Profesional dan Well-trained. Maka dibutuhkan banyak eksperimen, latihan, dan pembelajaran yang diperoleh melalui pengelolaan publik dalam organisasi da'wah, lembaga pelayanan, dan terlebih lagi institusi pemerintahan daerah maupun pusat.
- Terorganisasi. Maka dibutuhkan satu 'amal jama'i yang menopang segala aktivitas persiapan menuju Khilafah.
Begitulah. Hingga nantinya, kata Hasan Al Banna, kita menyelesaikan tahap tugas Ustadziyatul 'Alaam. Khilafah itu bukan berdiri angkuh atau berteriak nyaring di atas tahta dan mahkota, tetapi bekerja keras dan tersenyum ramah menjadi teladan semesta.
(Salim A. Fillah, Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim)
Sabtu, 05 September 2009
Selasa, 01 September 2009
Pernikahan Antar Harokah
Seorang kenalan pernah berkata bahwa sebagai aktivis pluralisme dia harus membuktikan komitmen perjuangannya dalam bentuk pernikahan. Pernikahan menurutnya adalah sebuah medium yang tepat, selain untuk membuktikan komitmennya, juga untuk menyebarkan ide dan pemikirannya ke masyarakat dan generasi penerusnya. Maka, iapun bertekad untuk menikahi wanita yang berbeda keyakinan dengannya suatu saat nanti.
Saya hanya tersenyum saja saat itu. Karena ada beberapa hal yang menurut saya bisa diambil pelajaran dari pernyataan yang dia sampaikan. Pertama, pernikahan memang sebuah medium yang sangat tepat untuk menyebarkan ide dan pemikiran kita kepada masyarakat. Bahkan Hasan Al Banna berpendapat bahwa pembentukan keluarga Islami berperan sebagai pilar yang utuh dan integral dari keseluruhan jalan panjang menegakkan Islam sampai tegaknya khilafah suatu saat nanti. Maka pernikahan yang manhaji, yang terencana dan terstruktur dengan baik, akan menjadi patokan ke arah mana peradaban manusia akan bergulir.
Jika terjadi banyak pernikahan plural seperti yang kenalan saya impikan, maka ide pluralisme akan berkembang dengan subur. Bahkan secara perlahan tapi pasti, generasi penerus mereka akan menjadi agen-agen penyebar pluralisme yang sangat efektif. Hal ini tentu akan menjadi efek bola salju yang menggelindingkan peradaban ke arah yang mereka inginkan.
Hal kedua yang bisa saya ambil dari pernyataan kenalan saya itu adalah bahwa ternyata para pejuang pluralisme sudah selangkah lebih maju dari pejuang Islam. Jika sekarang kita masih berkutat dengan KETERIKATAN HARAKI, maka mereka sedang dalam perjalanan menggabungkan kekuatan dengan kaum yang terang-terangan kafir.
Bahkan arah perjuangan kita pun sepertinya tersendat dengan banyaknya konflik antar harokah. Masing-masing gerakan Islam berlomba memasarkan produknya ke konsumen yang sama. Alih-alih saling melengkapi, mereka justru lebih banyak menonjolkan kelebihan mereka dibandingkan gerakan Islam yang lain. Dalil-dalil pun digunakan secara sepihak, sehingga hanya potongan kebenaran yang mereka ungkapkan, padahal kebenaran komprehensif sama sekali takkan merugikan mereka.
Tidak cukup dengan melebihkan diri, beberapa oknum gerakan Islam pun mulai menjatuhkan gerakan Islam yang lain. Entah disusupi oleh "intel", entah karena pemahaman mereka yang kurang, maka hal pertama yang diajarkan dalam forum-forum halaqah, dauroh, dan taklim gerakan-gerakan Islam inipun adalah menumbuhkan KETERIKATAN HARAKI diantara mereka. Maka yang muncul ke permukaan adalah kebanggaan sebagai anggota, pengurus, bahkan petinggi partai politik dakwah versus pengharaman partai politik secara total karena dianggap thogut.
Padahal seperti apa yang dikatakan Ustad Fathi Yakan, bahwa KETERIKATAN 'AQIDI seharusnya ditekankan dalam seluruh gerakan Islam, sehingga kita dapat menghindari keterjebakan untuk mengunggulkan harokah kita. Keterikatan bahwa kita sama-sama mengakui bahwa tiada ILLAH selain ALLAH dan bahwa MUHAMMAD s.a.w. adalah MUROBBI/MUSYRIF/USTADZ kita yang paling agung. Keterikatan satu-satunya yang dianjurkan dalam Islam.
Lalu bagaimana caranya menumbuhkan KETERIKATAN 'AQIDI dalam lingkungan yang dipadati dengan KETERIKATAN HARAKI ini? Dari sinilah kita perlu melihat kembali contoh yang diberikan sang Nabi. Jika banyak yang mempertanyakan mengapa Rasulullah saw melakukan poligami, maka kata kunci jawaban dari pertanyaan ini adalah pernikahan misi. Pernikahan yang salah satu tujuannya adalah untuk menafikkan keterikatan pada suku-suku dan kabilah, dan menjadikan tauhid sebagai satu-satunya pengikat yang hakiki.
Maka dengan konteks kita sekarang, keterikatan pada suku-suku dan kabilah telah merubah dirinya menjadi keterikatan pada gerakan-gerakan Islam yang bermacam-macam. Akibatnya, terjadi fanatisme terhadap gerakan Islam yang diusungnya. Fanatisme dalam konteks ini bisa berbentuk keinginan untuk menikah hanya dengan orang seharokah, mempertimbangkan lamanya halaqoh/tarbiyah dalam pemilihan calon pasangan, bahkan sampai pengharaman untuk menikah dengan orang di luar gerakan Islam yang diusungnya.
Padahal setahu saya, tujuan gerakan-gerakan Islam ini sama, yaitu membebaskan manusia dari penyembahan terhadap sesama, juga penyembahan manusia terhadap makhluk Allah lainnya. Tentunya hal ini hanya dapat dilakukan di bawah naungan sistem Illahi. Dan tentunya, sistem Illahi tidak mungkin dapat tegak jika kita sebagai calon pengusungnya masih kocar-kacir seperti ini.
Maka rapatkanlah barisan kita! Jadikan persatuan ummat sebagai bagian dari agenda dakwah! Sematkan misi dalam pernikahan! Gulirkan bola salju peradaban ke arah kebangkitan Islam! Dan jadikan pernikahan antar harokah menjadi bagian dari solusi dakwah... (bersambung)
Pandeglang, 1 September 2009
06:54 WIB
Saya hanya tersenyum saja saat itu. Karena ada beberapa hal yang menurut saya bisa diambil pelajaran dari pernyataan yang dia sampaikan. Pertama, pernikahan memang sebuah medium yang sangat tepat untuk menyebarkan ide dan pemikiran kita kepada masyarakat. Bahkan Hasan Al Banna berpendapat bahwa pembentukan keluarga Islami berperan sebagai pilar yang utuh dan integral dari keseluruhan jalan panjang menegakkan Islam sampai tegaknya khilafah suatu saat nanti. Maka pernikahan yang manhaji, yang terencana dan terstruktur dengan baik, akan menjadi patokan ke arah mana peradaban manusia akan bergulir.
Jika terjadi banyak pernikahan plural seperti yang kenalan saya impikan, maka ide pluralisme akan berkembang dengan subur. Bahkan secara perlahan tapi pasti, generasi penerus mereka akan menjadi agen-agen penyebar pluralisme yang sangat efektif. Hal ini tentu akan menjadi efek bola salju yang menggelindingkan peradaban ke arah yang mereka inginkan.
Hal kedua yang bisa saya ambil dari pernyataan kenalan saya itu adalah bahwa ternyata para pejuang pluralisme sudah selangkah lebih maju dari pejuang Islam. Jika sekarang kita masih berkutat dengan KETERIKATAN HARAKI, maka mereka sedang dalam perjalanan menggabungkan kekuatan dengan kaum yang terang-terangan kafir.
Bahkan arah perjuangan kita pun sepertinya tersendat dengan banyaknya konflik antar harokah. Masing-masing gerakan Islam berlomba memasarkan produknya ke konsumen yang sama. Alih-alih saling melengkapi, mereka justru lebih banyak menonjolkan kelebihan mereka dibandingkan gerakan Islam yang lain. Dalil-dalil pun digunakan secara sepihak, sehingga hanya potongan kebenaran yang mereka ungkapkan, padahal kebenaran komprehensif sama sekali takkan merugikan mereka.
Tidak cukup dengan melebihkan diri, beberapa oknum gerakan Islam pun mulai menjatuhkan gerakan Islam yang lain. Entah disusupi oleh "intel", entah karena pemahaman mereka yang kurang, maka hal pertama yang diajarkan dalam forum-forum halaqah, dauroh, dan taklim gerakan-gerakan Islam inipun adalah menumbuhkan KETERIKATAN HARAKI diantara mereka. Maka yang muncul ke permukaan adalah kebanggaan sebagai anggota, pengurus, bahkan petinggi partai politik dakwah versus pengharaman partai politik secara total karena dianggap thogut.
Padahal seperti apa yang dikatakan Ustad Fathi Yakan, bahwa KETERIKATAN 'AQIDI seharusnya ditekankan dalam seluruh gerakan Islam, sehingga kita dapat menghindari keterjebakan untuk mengunggulkan harokah kita. Keterikatan bahwa kita sama-sama mengakui bahwa tiada ILLAH selain ALLAH dan bahwa MUHAMMAD s.a.w. adalah MUROBBI/MUSYRIF/USTADZ kita yang paling agung. Keterikatan satu-satunya yang dianjurkan dalam Islam.
Lalu bagaimana caranya menumbuhkan KETERIKATAN 'AQIDI dalam lingkungan yang dipadati dengan KETERIKATAN HARAKI ini? Dari sinilah kita perlu melihat kembali contoh yang diberikan sang Nabi. Jika banyak yang mempertanyakan mengapa Rasulullah saw melakukan poligami, maka kata kunci jawaban dari pertanyaan ini adalah pernikahan misi. Pernikahan yang salah satu tujuannya adalah untuk menafikkan keterikatan pada suku-suku dan kabilah, dan menjadikan tauhid sebagai satu-satunya pengikat yang hakiki.
Maka dengan konteks kita sekarang, keterikatan pada suku-suku dan kabilah telah merubah dirinya menjadi keterikatan pada gerakan-gerakan Islam yang bermacam-macam. Akibatnya, terjadi fanatisme terhadap gerakan Islam yang diusungnya. Fanatisme dalam konteks ini bisa berbentuk keinginan untuk menikah hanya dengan orang seharokah, mempertimbangkan lamanya halaqoh/tarbiyah dalam pemilihan calon pasangan, bahkan sampai pengharaman untuk menikah dengan orang di luar gerakan Islam yang diusungnya.
Padahal setahu saya, tujuan gerakan-gerakan Islam ini sama, yaitu membebaskan manusia dari penyembahan terhadap sesama, juga penyembahan manusia terhadap makhluk Allah lainnya. Tentunya hal ini hanya dapat dilakukan di bawah naungan sistem Illahi. Dan tentunya, sistem Illahi tidak mungkin dapat tegak jika kita sebagai calon pengusungnya masih kocar-kacir seperti ini.
Maka rapatkanlah barisan kita! Jadikan persatuan ummat sebagai bagian dari agenda dakwah! Sematkan misi dalam pernikahan! Gulirkan bola salju peradaban ke arah kebangkitan Islam! Dan jadikan pernikahan antar harokah menjadi bagian dari solusi dakwah... (bersambung)
Pandeglang, 1 September 2009
06:54 WIB