Ada emosi yang bergejolak ketika guru ngaji saya menyampaikan suatu pengumuman penting. Bahwa ini adalah malam terakhir kebersamaan kami dalam lingkaran tarbiyah. Lingkaran yang telah hampir 5 tahun ini kami jalani. Bahwa mulai minggu depan, kami akan bersama dengan murobbi yang baru, berdzikir, mengkaji ilmu, mengevaluasi amalan, dan menjalin persaudaraan.
Emosi ini juga kurasakan 5 tahun yang lalu. Ketika itu bahkan sempat terpikir sebuah ide, bahwa aku gak mau ngaji jika tidak dengan murobbi yang sekarang. Sebuah emosi yang mengambil bentuk ekstrim berupa pengkultusan pada sang guru.
Sebuah hal yang wajar memang jika cinta karena Allah akhirnya dibumbui oleh cinta yang berlandaskan emosi semata. Bahkan seorang Umar bin Khatab ra. sempat merasakannya.
Kecintaan Umar ra. yang begitu besar terhadap Rasulullah saw., membuatnya begitu emosional ketika Rasulullah saw. wafat. Ia bahkan mengancam para sahabat yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. wafat. Cinta emosionalnya, membuat Umar ra. mengkultuskan Rasulullah saw.
Ketika Abu Bakar ra. mendengar tentang hal ini, Abu Bakar ra. pun mendatangi Umar ra. Beliau mengingatkan Umar ra. dengan suatu ayat Allah SWT tentang kemanusiaan Rasulullah saw., bahwa Muhammad saw. juga manusia yang suatu saat akan dipanggil Kekasih Sejatinya.
Seketika tersadarlah Umar ra. Seketika itu pula, cinta karena Allah yang dirasakan Umar ra. terhadap kekasihnya, mengalahkan cinta emosionalnya. Cinta emosional membutakan Umar ra. Tapi cinta karena Allah menyadarkannya.
Mungkin itu sebabnya para pemimpin tarbiyah membuat sistem pergantian murobbi ini. Agar para murobbi dan mutarobbi membangun cinta karena Allah. Agar cinta emosional yang terbentuk dapat diminimalisir. Agar tak ada pengkultusan terhadap sang murobbi.
Bagaimanapun, aku mencintaimu karena Allah ya ustadz...
Emosi ini juga kurasakan 5 tahun yang lalu. Ketika itu bahkan sempat terpikir sebuah ide, bahwa aku gak mau ngaji jika tidak dengan murobbi yang sekarang. Sebuah emosi yang mengambil bentuk ekstrim berupa pengkultusan pada sang guru.
Sebuah hal yang wajar memang jika cinta karena Allah akhirnya dibumbui oleh cinta yang berlandaskan emosi semata. Bahkan seorang Umar bin Khatab ra. sempat merasakannya.
Kecintaan Umar ra. yang begitu besar terhadap Rasulullah saw., membuatnya begitu emosional ketika Rasulullah saw. wafat. Ia bahkan mengancam para sahabat yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. wafat. Cinta emosionalnya, membuat Umar ra. mengkultuskan Rasulullah saw.
Ketika Abu Bakar ra. mendengar tentang hal ini, Abu Bakar ra. pun mendatangi Umar ra. Beliau mengingatkan Umar ra. dengan suatu ayat Allah SWT tentang kemanusiaan Rasulullah saw., bahwa Muhammad saw. juga manusia yang suatu saat akan dipanggil Kekasih Sejatinya.
Seketika tersadarlah Umar ra. Seketika itu pula, cinta karena Allah yang dirasakan Umar ra. terhadap kekasihnya, mengalahkan cinta emosionalnya. Cinta emosional membutakan Umar ra. Tapi cinta karena Allah menyadarkannya.
Mungkin itu sebabnya para pemimpin tarbiyah membuat sistem pergantian murobbi ini. Agar para murobbi dan mutarobbi membangun cinta karena Allah. Agar cinta emosional yang terbentuk dapat diminimalisir. Agar tak ada pengkultusan terhadap sang murobbi.
Bagaimanapun, aku mencintaimu karena Allah ya ustadz...
Depok, 28 November 201002:02 WIB