Rabu, 26 Maret 2008

Putri Rosulullah

Memperkenalkan diri adalah hal yang biasa. Tapi menjadi sesuatu yang luar biasa jika perkenalan yang dilakukan oleh seseorang menyisipkan nilai pendidikan di dalamnya. Jika dari sesuatu yang sederhana seperti ini orang tersebut mampu “mendidik” atau setidaknya memberi pengetahuan yang baru, apalagi dalam hal lainnya yang lebih kompleks.

Saya menyadari hal ini ketika saya dan beberapa orang teman menjadi fasilitator di sebuah tempat bernama Situ Gintung. Dalam sebuah sesi perkenalan, seluruh fasilitator dan mentor memperkenalkan diri. Tidak ada yang istimewa sampai salah seorang mentor memperkenalkan diri dengan cara yang unik. Beliau terlebih dahulu menanyakan kepada peserta nama salah seorang putri kesayangan Rosulullah. Kemudian beliau menyebutkan nama beliau yang juga merupakan jawaban dari pertanyaan itu.

Terlepas dari niat, yang merupakan hak Allah untuk Menilai, saya merasa seperti diberikan penyadaran bahwa dalam hal-hal sederhana pun kita bisa menyisipkan “misi” di dalamnya. Proses “pendidikan” tidak harus dilakukan dalam forum yang serius, dengan silabus materi yang terstandardisasi. Cukup perkenalkan nama anda, dan sisipkan “misi” yang ingin anda sampaikan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh “putri Rosulullah” tersebut.

Tangerang, 23 Maret 2008
13:41 WIB
Share:

Selasa, 11 Maret 2008

Penyamaran Intelijen

Pernah nonton film tentang penyamaran intelijen? Film tentang seseorang (si A) yang menyamar menjadi orang lain (si B), lalu menggunakan identitas orang tersebut untuk mengorek informasi dari orang-orang yang mengira bahwa si A adalah si B. Well, dalam dunia digital sekarang ini hal tersebut mudah saja dilakukan dan dapat dengan mudah terjadi.

 

Para intelijen saat ini tidak harus mengubah wajahnya, mengubah gaya bicaranya, ataupun meniru gestur sesuai dengan orang yang ingin ditirunya. Para intelijen cukup mencaritahu account (entah account email, FS, YM, Multiply, dsb) orang yang ingin ditirunya, mendapatkan password account tersebut, lalu login dengan identitas barunya.

 

Selanjutnya dapat diprediksi. Intelijen yang cerdas akan dengan mudah mengorek informasi dari “korban” yang tidak tahu bahwa si B ternyata adalah si A. Informasi yang keakuratannya sebenarnya perlu dikonformasi lagi karena bisa jadi antara si B dan si “korban” memiliki “bahasa pribadi”, budaya interaksi yang hanya dapat dipahami oleh mereka berdua.

 

Yang menyebalkan adalah hal ini akhirnya gue alami beberapa hari lalu. Pengen tahu gue jadi siapa? Salah, gue bukan jadi si A karena gue gak cukup pintar untuk nge-crack account orang. Gue juga bukan jadi si B yang terlalu bodoh (atau lugu?) untuk memberitahu passwordnya kepada orang lain, entah disengaja (seperti meminjamkan accountnya) ataupun tidak (seperti membuat password yang mudah ditebak misalnya). Yap, gue jadi “korban” yang terlambat untuk menyadari bahwa yang gue hadapi saat itu bukan saudara gue si B, melainkan saudari sepersusuan kami si A. Huuh…dasar gak sopan...

 

Tangerang, 11 Maret 2008

00:11 WIB

Share:

Kisah Pujangga dan Rembulan (bagian kedua)

Bukan Pujangga namanya jika menyerah dengan mudah begitu saja. Surat penolakan itu tak menyurutkan sang Pujangga untuk memiliki keindahan sang Rembulan. Dan sebagai orang yang cukup paham dengan ilmu perang, langkah pertama yang dilakukan Pujangga tentu saja mempelajari lebih dalam mengenai pujaan hatinya, sebagaimana strategi perang nomor satu: “pelajari musuhmu.”

 

Sebulan kemudian Pujangga mendapat laporan dari Tsabit, sahabat yang ia tugaskan untuk mencari informasi tentang Rembulan. Surat itu berbunyi:

“Pujangga, tugas telah kulaksanakan… Walaupun tidak mampu menggambarkan secara utuh, tapi informasi yang kudapat menunjukkan hasil yang luar biasa…

 

Rembulan adalah orang yang sangat taat menjalankan agama. Bukan hanya ibadahnya, tapi seluruh aspek kehidupannya menunjukkan hal tersebut. Ia bersikap baik dan ramah terhadap semua orang, pada anak kecil, orang tua, bahkan tumbuhan dan hewan. Gaya bicaranya lemah lembut, tapi tetap menunjukkan ketegasan. Gaya jalannya cepat, seakan ia turun dari ketinggian. Jika tertawa, jarang sekali giginya terlihat. Jika berbicara denganku, entah kenapa ia selalu menunduk.

 

Rembulan berteman dengan siapa saja. Ia disukai oleh hampir semua orang, terutama tetangga dan orang-orang yang setiap hari berinteraksi dengannya. Tapi ada lima orang teman dekatnya yang mirip dengan Rembulan. Gaya berpakaian mereka sama. Kelakuannya juga serupa. Dan setiap minggu mereka pasti berkumpul bersama, entah untuk apa.

 

Pujangga… Maaf, tapi tugas pengamatan ini membuat aku mengerti kenapa kau menyukai Rembulan. Dan cuma orang yang merasakan hal yang samalah yang mengerti hal tersebut… Sekali lagi maaf…”

 

Dan entah kenapa setelah membaca surat ini Pujangga merasa ada sesuatu menusuk punggungnya. Tugas ini memang berat, dapat menjadikan seorang kawan menjadi saingan.

 

Tapi ia mengerti satu hal, karenanya ia mengirim sms kepada Ikhwan, temannya satu kampus. Sms itu berbunyi:

“Aslm.Wan,sy bsdia ikut pngajian mgguan itu.Kpn n dmn?Rep asap.”

 

Tak lama ia menerima sms balasan dari Ikhwan. Sms itu berbunyi:

“Alaikum salam wR.Alhmdlillah.Klo bgitu nnti qta kumpul di MUI.Rabu ini jm 4sore.Nt gk da kul khan?”

 

Pujangga pun menjawab”

“Gk ada.Ok,sy usahakn datang tepat waktu”

 

Sebulan berlalu. Dan pada suatu waktu Pujangga mendapat sms yang cukup mengejutkan dari temannya. Sms itu berbunyi:

“Ga, lo kok brubah?”

 

Ia membalas:

“Brubah gmn?”

 

“Tiap sbtu mlm lo mhilang,gk hngout brg qta lg.Lo jg jd aneh.Lo skrg kmn2 jrng pke kaos lg,jaket mulu.Lo miara jenggot.Lo…pokonya bnyk bgt d”

 

“Wajar khan klo mnsia brubah?”

 

“Ya,tp prubahn lo tuh gk wajar Ga.Yasud,tnyt lo lbih parah dr yg gw duga”

 

Yap. Pujangga memang merasa ada perubahan pada dirinya. Tapi ada sesuatu yang tidak berubah dalam diri Pujangga, yaitu keinginan untuk memiliki Rembulan. Oleh sebab itu, ia kini rutin mengirim sms tausiyah kepada Rembulan. Dan puncaknya ialah sms yang berbunyi:

“Ya Allah,jk ku jatuh cinta,cintaknlh aku pd seseorg yg mlabuhkn cintanya pdMu,agar btambah kkuatanku u/ mcintaiMu.Ya Allah,jk ku jatuh hati,izinkanlh aku mnyntuh hati seseorg yg hatinya tpaut pdMu,agar tdk tjatuh aku dlm jurang cinta semu.Ana uhibbuki fillah ya ukhti!”

 

Dengan berdebar, sang Pujangga menunggu sms balasan. Tapi sms balasan tak kunjung tiba. Hingga beberapa hari kemudian ia menerima surat dari Rembulan. Surat itu berbunyi:

 

“Assalaamu ‘alaikum wR. wB.

 

Akh Pujangga yang Dirahmati Allah,

 

Sebenarnya ingin sekali Ulan membalas pernyataan cinta itu sesuai dengan sunnah Rasul, yaitu dengan mengirim sms seperti ini “Semoga Allah yang telah menjadikan kau mencintaiku karenaNya, mencintaimu pula” (HR. Abu Dawud, red). Tapi Ulan ragu apakah cinta akhi benar-benar karena Allah. Mungkin hanya Allah dan akhi yang tahu pasti.

 

Yang Ulan tahu pasti bahwa cara yang akhi tempuh ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang selama ini Ulan pegang. Karena untuk mendapat hasil yang baik, maka proses menuju kesananyapun harus baik. Bahkan Ulan ragu, apa sebenarnya tujuan akhi mengirim sms ini. Bagaimanapun terima kasih untuk semua sms tausiyah yang selama ini akhi kirim. Semoga Allah membalas semua itu dengan kebaikan.

 

Sebagai balasannya, ijinkan Ulan untuk mengingatkan akhi pada hadits berikut ini:

“Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai niat dan setiap orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barangsiapa berhijrah hanya karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu menuju Allah dan RasulNya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan, atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Jlepp… Tusukan kali ini tepat menghantan ulu hatinya, di jantung, dan bagian terdalam dari otaknya. Sakit. Teramat sakit. Tapi juga memberikan penyadaran tentang segala hal yang selama ini terjadi. Lalu secara sadar pula ia menitikkan air mata bahagia… J

Tangerang, 11 Maret 2008

15:58 WIB

Share:

Senin, 10 Maret 2008

Gw gak percaya lo Man...

Ternyata pernyataan jujur dari seseorang, dapat dengan mudah mengubah cara kita memandang orang tersebut. Jika pernyataan jujur tersebut ternyata sesuai dengan apa yang kita rasakan, maka kita akan memandang orang tersebut dengan rasa sayang atau rasa hormat yang lebih dari sebelumnya. Tetapi, jika pernyataan jujur tersebut tidak sesuai dengan apa yang kita rasakan, maka tiba-tiba kita melihat hal-hal negatif dari orang tersebut. Akumulasi hal-hal negatif tersebut, akan mengubah perasaan, sikap, dan cara kita berinteraksi.

 

Dalam hal ini, suatu hubungan yang berlandaskan kepercayaan, seperti persaudaraan, persahabatan, dan sebagainya, mutlak memerlukan rasa percaya diantara kedua belah pihak. Jika masing-masing pihak menyatakan secara jujur bahwa mereka mempercayai satu sama lain, maka hubungan ini memiliki kemungkinan besar untuk berhasil. Tetapi jika salah satu pihak menyatakan tidak percaya terhadap pihak lain, maka hubungan ini dapat dipastikan tidak akan berhasil. Yap…Hubungan ini tidak akan berhasil karena tidak memiliki landasan tempat ia dibangun. Jadi, untuk apa diteruskan…?

 

Tangerang, 9 Maret 2008

23:58 WIB

Share: