Pada suatu hari, Pujangga mengirim surat cinta pada Rembulan pujaan hatinya. Surat itu berbunyi:
"Rembulanku...
Engkaulah matahari duniaku…
Menerangi setiap langkah dalam hidupku,
walau hanya dalam khayalku.
Rembulan…
Aku ingin mewujudkan impian…
Memenuhi harapan…
Menjadikan kau pujaan,
tak hanya dalam khayalan.
Sudikah sang Mentari turun ke bumi?
Mewujudkan mimpi-mimpi,
sang Pujangga yang masih sendiri?"
Rembulanpun membalas surat tersebut:
"Pujangga yang baik hati…
Aku bukan matahari. Aku hanyalah Rembulan yang meminjam cahaya Sang Matahari. Bersinar tidaknya aku, sangat tergantung pada Sang Pemilik Cahaya tadi.
Pujangga yang masih berada dalam dunia mimpi…
Aku hanyalah budak Sang Tuan. Aku sangat tidak pantas kau jadikan pujaan. Sang Tuan-lah satu-satunya yang pantas kau jadikan tumpuan harapan untuk semua impian.
Pujangga yang masih sendiri…
Jika kau menginginkan Rembulan, mintalah pada Sang Pemilik Cahaya, Sang Tuan dari segala pujaan,
karena seluruh khayalan, impian, dan harapan Rembulan ini, telah kuserahkan padaNya."
Pujangga-pun akhirnya sadar bahwa mereka tidak se-visi…
JTangerang, 24 Januari 2008
02:16 WIB
"dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita?" (QS. 71:16)