Orang telmi biasanya memproses informasi lebih lambat dari orang lain di sekitarnya, entah karena faktor persepsi (mispersepsi, gangguan pendengaran, dsb), faktor familiaritas (tidak familiar dengan hal yang menjadi bahan pembicaraan), maupun faktor IQ (he3). Yang jelas telmi disini sangat subjektif dan sangat terkait dengan konteks ruang dan waktu. Bisa saja seorang yang dianggap telmi di lingkungan persaudaraannya kini menjadi peneliti di LIPI. He3…
Saya percaya bahwa manusia merupakan makhluk multidimensi. Tidak hanya makhluk biologis maupun makhluk yang berpikir, manusia juga makhluk yang merasa. Berkaitan dengan telmi ini saya jadi bertanya-tanya, adakah fenomena telmi didalam dimensi lain manusia.
Dalam dimensi biologis, telmi disini mungkin berkaitan dengan refleks tubuh manusia. Orang yang telmi dalam dimensi biologis mungkin mengalami gangguan pada syaraf dan otot sehingga jika kita pukul lutut kakinya, maka kakinya tidak otomatis menendang. Atau jika kita kagetkan, ia tidak otomatis menampar kita. Yap, tampaknya saya juga mengenal orang-orang dengan telmi biologis, bagaimana dengan anda?
Sedangkan dalam dimensi rasa, telmi disini jelas berkaitan dengan perasaan yang dipersepsikan dan dialaminya. Ia adalah orang yang baru menyadari rasa yang diterimanya padahal orang yang memberikan rasa itu (mungkin) sudah tidak memiliki rasa tersebut. Ia baru menyadari bahwa ia pun memiliki rasa yang sama. Akhirnya ia merasa bahwa semuanya sudah terlambat. Dalam hal ini, saya kenal betul dengan orang seperti ini…
23:10 WIB