Orang telmi biasanya memproses informasi lebih lambat dari orang lain di sekitarnya, entah karena faktor persepsi (mispersepsi, gangguan pendengaran, dsb), faktor familiaritas (tidak familiar dengan hal yang menjadi bahan pembicaraan), maupun faktor IQ (he3). Yang jelas telmi disini sangat subjektif dan sangat terkait dengan konteks ruang dan waktu. Bisa saja seorang yang dianggap telmi di lingkungan persaudaraannya kini menjadi peneliti di LIPI. He3…
Saya percaya bahwa manusia merupakan makhluk multidimensi. Tidak hanya makhluk biologis maupun makhluk yang berpikir, manusia juga makhluk yang merasa. Berkaitan dengan telmi ini saya jadi bertanya-tanya, adakah fenomena telmi didalam dimensi lain manusia.
Dalam dimensi biologis, telmi disini mungkin berkaitan dengan refleks tubuh manusia. Orang yang telmi dalam dimensi biologis mungkin mengalami gangguan pada syaraf dan otot sehingga jika kita pukul lutut kakinya, maka kakinya tidak otomatis menendang. Atau jika kita kagetkan, ia tidak otomatis menampar kita. Yap, tampaknya saya juga mengenal orang-orang dengan telmi biologis, bagaimana dengan anda?
Sedangkan dalam dimensi rasa, telmi disini jelas berkaitan dengan perasaan yang dipersepsikan dan dialaminya. Ia adalah orang yang baru menyadari rasa yang diterimanya padahal orang yang memberikan rasa itu (mungkin) sudah tidak memiliki rasa tersebut. Ia baru menyadari bahwa ia pun memiliki rasa yang sama. Akhirnya ia merasa bahwa semuanya sudah terlambat. Dalam hal ini, saya kenal betul dengan orang seperti ini…
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. 19:96)
Tangerang, 23 April 2008
23:10 WIB
23:10 WIB
klo dari hadis Nabi SAW kan celaka orang yang mengatakan semua yang dipikirkannya, yah mungkin dia nggak berani kali man jadi lebih peka itu apa karena dia self reflection-nya lebih getol kali man..,
BalasHapusada murid gw yang analitis abis, dia kebanyakan mikir malah, jadi malah gak berani ambil action, bukan telat mikir.., btw kayaknya dalem gini bahasa lo man, pengalaman yang sangat berkesan yah hehe :)
man, fontnya pake warna yang lebih jreng dong..
he he he jadi inget seseorang....
BalasHapusHah..kok bisa sih Man? Telmi gitu.. Pasti tu orang nyogok panitia penerimaannya..ck..ck..ck.. :D
BalasHapusHaduh man, backgroundnya diganti dong, gelap sekalian atau terang sekalian.. jadi tulisannya bisa keliatan..
BalasHapussiapa? salah satu anggota fbc?
BalasHapusck..ck..ck...dasar anak2 kecil.hehe..
sampai skrg iman jg bingung. bahkan org itu skrg udah lulus prajab, peringkat 5 terbaik. PNS blm resmi. hehe...
BalasHapusgw bingung man *garuk garuk
BalasHapus(contoh nyata orang telmi)
dimaklumi kok sar...
BalasHapushehe...
bukannya terlambat, tapi mungkin memang sudah ditakdirkan demikian, man..
BalasHapussupaya orang itu dapat mengambil pelajaran dari kejadian ini, biar di kemudian hari bisa tepat waktu, huehe..
dan makasih juga, karena kamu ceritain (entah itu pengalaman punya siapa) di sini, shg kami yang baca ga mesti harus ngalami telat sendiri supaya jadi ingat untuk tepat waktu, huehe.. n_n
@dian:
BalasHapusTnyt rasa jg memiliki siklusnya sndiri
siklus gimana maksudnya? ga paham..
BalasHapussiklus gimana maksudnya? ga paham..
BalasHapusakh Iman kerja di LIPI Jakarata ya??
BalasHapushehe,, menebak-nebak..
@hannakhaliddiyyah:
BalasHapusBukan. Yg kerja di LIPI, salah seorang yg komen di atas. He2
ooh, I'm not lucky then, in guessing hehe..
BalasHapus@hannakhaliddiyyah:
BalasHapusSemoga beruntung dalam hal lain..
he.. amiin..
BalasHapus