Saya senang membaca kisah para sahabat, apalagi jika menceritakan tentang keberanian mereka. Semangat saya selalu terbangkitkan, seakan saat itu juga, saya siap berperang, mengorbankan hidup saya, syahid, langsung menuju surga.
Saya tahu, dan sadar betul bahwa yang melandasi keberanian mereka bukan karena mereka bangsa yang gemar berperang. Bukan pula sifat bawaan. Tapi karena satu hal yang mereka miliki, yaitu iman.
Semakin besar iman yang mereka miliki, semakin besar keberanian mereka, semakin ringan pula langkah mereka menjawab panggilan perang. Lalu apakah keberanian yang dilandasi iman ini selalu dikaitkan dengan perang? Keberanian untuk mati di jalan Illahi?
Saya teringat kisah 3 orang sahabat yang tertinggal perang karena kelalaian. Kelalaian akibat turunnya iman. Jadilah mereka hidup dalam pengasingan. Hidup diantara para sahabat dan kekasih tercinta, tapi dianggap bagian dari orang-orang munafik nista.
Lalu, apakah ketiga orang ini melarikan diri? Menerima jaminan pihak lain yang akan memanjakan mereka? Tidak. Mereka bukanlah pengecut yang lari dari masalah yang menimpa mereka. Mereka tetap pemberani. Keberanian yang ditopang oleh iman. Iman yang membuat mereka berani menghadapi hidup. Sampai akhirnya Sang Pemberani Sejati Menghargai keberanian mereka. Menerima iman mereka. Memberikan mereka tempat kembali di sisi sang kekasih hati.
Cidahu, 19 Oktober 2008.
00:17 WIB.
*YangSedangMengumpulkanKeberanianUntukHidup*
saya juga senang membaca kisah para sahabat atau kisah teladan, tapi permasalahannya apakah hanya sekedar rasa senang saja. menurut saya adanya siroh, kisah para sahabat, dan kisah teladan menimbulkan inspirasi dan contoh sehingga perlu dimaknai dengan hati kemudian dijalankan dengan sikap dan perbuatan.
BalasHapusSeorang kawan dari partai Nasionalis, yang mulai muncul semangat ke-Islamannya pernah menyampaikan;
BalasHapus"Saya tahu partai saya bukan partai Islam, dan pengurus maupun alegnya banyak yang jauh dari nilai-nilai keislaman. Tapi apakah itu harus membuat saya pindah partai? Ibarat keluarga, apabila keluarga saya berantakan apakah adil kalau saya meninggalkannya dan bergabung dengan keluarga baru? Kalau itu saya lakukan, berarti saya tidak mencintai keluarga saya. Maka biarlah saya buktikan cinta saya, dengan mencoba merubah partai ini dari dalam."
TFS, nice post.
Lha kamu termasuk pemberani atau bukan, Iman?
BalasHapus@dian:
BalasHapusSedang mengumpulkan keberanian.
Tapi kamu udah dan sedang hidup kan, Iman?
BalasHapusEhehe..
@dian:
BalasHapusMungkin masih setengah hidup..
Berarti hidupmu masih setengah-setengah ya. Ehehe..
BalasHapus*PadahalNggakPahamMaksudnya*