Bagi teman-teman yang tinggal di kawasan Kalibata, Pasar Minggu, dan sekitarnya, atau yang sering melintasi daerah tersebut pada malam minggu, tentu tak asing dengan fenomena geng berpeci dan bersarung yang sering sekali mengadakan konvoy. Dengan menggunakan beragam kendaraan, mulai dari motor, angkot, mobil bak terbuka, carry, dan sebagainya, mereka berjalan beriringan. Tak lupa atribut seperti bendera, banner, bedug, dan seragam khasnya, selalu menghiasi konvoy ini.
Tidak cuma pria dewasa yang terlibat dalam konvoy ini, wanita dan anak-anakpun turut ambil bagian. Bahkan dalam konvoy tadi malam yang saya saksikan, ada bayi yang digendong ibunya di motor yang turut konvoy.
Atraksi yang mereka tawarkan dalam konvoy inipun beragam. Ada atraksi kebut-kebutan dari motor-motor yang berada di depan. Ada yang melambai-lambaikan bendera yang besarnya mungkin sekitar 2x3 meter. Ada yang menabuh bedug dan berteriak-teriak tidak jelas. Bahkan tadi malam saya juga melihat anak-anak yang duduk di atap angkot yang melaju kencang.
Rute yang mereka tempuh sepertinya beragam. Pernah saya berpapasan dengan mereka di jalan raya Pasar Minggu. Kebetulan waktu itu saya naik metro mini, sehingga saya harus terjebak dalam kemacetan panjang hampir 1 jam. Saya juga pernah berpapasan dengan mereka di depan Jalan Raya Condet, yang menyebabkan saya harus menunggu selama hampir setengah jam. Dan tadi malam saya beriringan dengan mereka yang juga melintasi Jalan Raya TB Simatupang. Saya beruntung kali ini, karena saya mengendarai motor dan dapat menyalip iring-iringan ini.
Yang menarik dari geng ini adalah betapa mereka banyak sekali membawa simbol-simbol Islam. Setidaknya simbol Islam yang dikenal oleh kebanyakan masyarakat awam. Untuk prianya, hampir seluruhnya menggunakan kain sarung dan peci putih sebagai seragam. Sedangkan untuk wanitanya, kebanyakan dari mereka menggunakan jilbab, walaupun ada beberapa yang justru terlihat mengumbar aurat. Tak lupa bendera dan banner yang bertuliskan arab, mungkin tulisan Laa ilaaha illallah. Dan ada juga yang mengenakan jaket dan membawa bendera bertuliskan Majelis Rasulullah.
Entah apa maksud dan tujuan mereka melakukan konvoy ini. Apakah hanya sekedar jalan-jalan melepas kepenatan? Apakah janjian jalan bareng untuk menuju suatu tempat, untuk mengikuti kajian keislaman? Atau justru untuk melakukan syiar islam di jalanan?
Yang pasti, saya sangat menyayangkan cara yang mereka tempuh. Setahu saya, hanya geng bermotor saja yang melakukan konvoy-konvoy tidak berguna seperti ini. Konvoy kendaraan bermotor yang menghabiskan ratusan bahkan ribuan liter bahan bakar. Konvoy yang membuat kemacetan panjang. Dan konvoy yang membuat kota Jakarta semakin tercemar udaranya. Konvoy yang sebentar lagi juga akan kita saksikan menjelang pemilu 2009.
Itu sebabnya saya lebih suka menyebut mereka geng, dari pada sebuah pergerakan Islam. Karena bukankah orang yang meniru suatu kaum dapat disamakan dengan kaum tersebut. Dan pergerakan Islam Majelis Rasulullah ini, meniru geng bermotor dalam melakukan syiarnya, sehingga wajar jika saya menyebut mereka geng Majelis Rasulullah. Wallahu 'Alam bish showab.
Penutup:
Jika ada diantara teman-teman yang merupakan bagian dari geng ini, tolong beri saya penjelasan mengapa harus menempuh cara konvoy? Mungkin ada dalil dari Rasulullah yang saya tidak tahu, yang dijadikan landasan konvoy ini? Atau mungkin ini bagian dari ijtihad ulama? Tolong berikan saya penjelasan sehingga saya tidak lagi memandang negarif konvoy, dan dapat memaklumi cara yang teman-teman tempuh.
NB:
Saya juga akan sangat menyayangkan jika ada diantara partai politik yang mengaku partai Islam, tapi melakukan konvoy kendaraan bermotor dalam kampanyenya. Ingat, konvoy kendaraan bermotor merupakan pemborosan bahan bakar. Dan orang-orang yang melakukan pemborosan merupakan Ikhwan asy Syayaathin.
"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. 17:27)
Tangerang, 7 Maret 2009
11:31 WIB