Senin, 30 Maret 2009

Aktivis

Saat ini para aktivis lingkungan mendapatkan momentumnya. Melalui peringatan hari bumi, mereka berkampanye untuk memadamkan listrik selama 1 jam. Tidak hanya mencakup kawasan kecil, tapi sudah mencakup kawasan global. Jejaringnya sudah menyebar ke seantero dunia.

Media massa pun tampaknya sudah berpihak kepada mereka, atau setidaknya kepada kampanye pemadaman listrik ini. Bahkan pada tataran ibu rumah tangga seperti ibu saya, mengetahui kampanye ini. Sebuah keberhasilan propaganda yang patut diacungi jempol.

Ketika dulu Aa Gym memutuskan untuk berpoligami, para aktivis perempuan menemukan momentumnya. Mereka sangat aktif berkampanye menentang poligami ini. Dengan dalih kesetaraan gender, mereka mengajak para ibu rumah tangga pemuja Aa untuk berbalik menjadi penentangnya. Melalui dukungan media yang begitu kuat, propaganda inipun berhasil mencapai targetnya. Ibu-ibu yang setiap akhir pekan beramai-ramai ke Daarut Tauhid, kini mengalihkan tujuan akhir pekannya entah kemana.

Ketika wacana Rancangan Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi dilempar ke publik, aktivis kebebasan bicara mendapatkan momentumnya. Mereka secara aktif mengkampanyekan bahaya undang-undang ini bagi dunia industri kreatif. Tak urung budaya pun dijadikan tameng untuk mencegah undang-undang ini disahkan. Bali dan Papua menjadi garda terdepan. Media kembali memainkan peranannya sebagai alat propaganda. Kampanye inipun berhasil, setidaknya memodifikasi banyak pasal-pasal yang cukup esensi, dan memperlambat disahkannya undang-undang ini.

Ketika Syekh Puji menikahi anak di bawah umur, aktivis perlindungan anak menemukan momentumnya. Kak Seto yang menjadi ujung tombak, langsung turun ke lapangan menemui "pelaku" dan "korban." Dengan dukungan media, pernikahan inipun dibatalkan, dan Syekh Pujipun ditetapkan menjadi tersangka.

Ketika nanti aktivis dakwah menemukan momennya, dan seluruh media massa menjadi alat propagandanya, maka saat itu akan hanya ada 2 kubu. Tidak akan ada lagi pembedaan antara aktivis lingkungan, aktivis perempuan, aktivis kebebasan bicara, aktivisi perlindungan anak, dan aktivis lainnya. Yang ada hanyalah aktivis dakwah dan aktivis kebatilan. Karena dakwah mencakup segala, begitu juga lawannya.

"Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka." (QS. 47:3)

Tangerang, 28 Maret 2009
20:29 WIB
Share:

Sabtu, 28 Maret 2009

Banyak yang Berjudi pada Pemilu Kali Ini

Mungkin bukan berita baru ketika banyak rumah sakit jiwa yang menyediakan kamar khusus untuk korban pemilu. Sangat menarik karena hal ini nyata. Sebuah fakta bahwa ternyata banyak orang yang stres bahkan sampai gila karena gagal menjadi anggota dewan.

Untuk menjadi seorang anggota dewan memang membutuhkan biaya. Mulai dari biaya administrasi,kampanye dan publikasi, dan biaya lain terutama untuk anggota dewan dari partai-partai yang menjadikan pemilu sebagai ajang mencari dana. Tak kurang dari puluhan juta, bahkan sampai milyaran rupiah yang harus dikeluarkan untuk tiap calon anggota dewan.

Besarnya biaya yang dikeluarkan tak menyurutkan banyak orang untuk berlomba-lomba menjadi calon anggota dewan. Karena di mata banyak orang, seorang anggota dewan memiliki penghasilan yang besar. Mulai dari gaji pokok, tunjangan, sampai kemudahan mendapatkan uang haram. Maka biaya yang harus dikeluarkan dianggap sebagai investasi untuk meraih keuntungan yang jauh lebih besar ini. Dari sini, lahirlah mental-mental penjudi.

Seorang penjudi akan mengeluarkan seluruh uangnya ketika dia merasa bahwa ada kesempatan untuk melipatgandakan uang tersebut. Sekecil apapun peluang tak menyurutkan langkah mereka. Maka tak heran, jika para penjudi akan mulai melakukan pinjaman disana-sini demi sebuah mimpi duniawi. Begitu juga dengan para calon anggota dewan bermental penjudi ini.

Ketika pemilihan diselenggarakan, maka dadu-dadu itupun dilemparkan. Ada yang bergembira karena nomor yang mereka pilih sesuai dengan nomor dadu yang keluar. Tapi ada juga yang stres karena mereka gagal dalam perjudian ini. Maka seiring raibnya modal milyaran yang mereka keluarkan, raib pula kewarasan mereka. Jadilah mereka menempati kamar khusus korban pemilu.

Berbeda sekali dengan guru saya yang harus bolak-balik tasik untuk keperluan yang sama, menjadi calon anggota dewan. Walaupun harus mengeluarkan biaya yang besar jika dibandingkan dengan kehidupannya yang sederhana, beliau bukanlah seorang penjudi. Beliau tidak menganggap proses ini sebagai sebuah perjuangan untuk mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan lumayan, beliau menganggap ini semua sebagai sebuah proses untuk menggarap ladang dakwah baru.

Maka tak heran jika jawaban beliau ketika ditanya tentang biaya yang harus dikeluarkannya dalam pemilu adalah seperti ini:

"Akhi, dakwah ini membutuhkan biaya. Jika antum ingin berdakwah maka antum harus mengeluarkan biaya untuk ini. Jangan justru sebaliknya, mengharapkan gaji dan tunjangan dari dakwah yang kita jalankan. Lihat saja perintah jihad dalam Al Quran, kebanyakan selalu mendahulukan harta daripada jiwa. Maka untuk pemilu kali inipun, ana insya Allah ikhlas walaupun harus mengeluarkan biaya besar. Walau apapun terjadi, insya Allah ini adalah sebuah bentuk investasi akhirat nanti."

Sangat berbeda sekali bukan dengan mental para penjudi tadi?

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. 2:261)

Tangerang, 27 Maret 2009
17:27 WIB
"Terkutuklah para pemalas yang menyamaratakan semua calon anggota dewan!"
Share:

Rabu, 25 Maret 2009

Aku Ingin (Daddy Version)

Aku ingin menjadi Luqman yg mampu msyukuri nikmatNya, mengajarkan sabar dan syukur kepada anak-anak kita..

Aku ingin menjadi Nuh, yang sampai akhir tak pernah putus asa mengajak Qanaan kembali ke jalan kebenaran..

Aku ingin menjadi Ibrahim, yang walaupun sangat mecintai sang buah hati, tapi tak melebihi cintanya pada Illahi..

Aku ingin menjadi Muhammad, yang tak mengenal kasihan, dalam menegakkan keadilan..

Aku ingin menjadi abi dan murobbi bagi anak-anak kita nanti..

Kebon Jeruk
24 maret 2009
19:42 WIB
Share:

Jumat, 20 Maret 2009

Berdamai dengan Waktu

Masih berjalan tertatih, dalam tubuh yang terus merintih..

Berusaha berdamai dengan waktu, yang masih membelenggu..

Ingin berlari, berkontribusi, tapi bayang-bayang itu terus menghantui, seakan tak rela aku pergi..

Bukan..
Ini bukan tentang dirimu..
Ini tentang dosa masa lalu yang tak pernah kau tahu..

Ini juga bukan tentang cinta dan kerinduan yang saat ini aku endapkan..

Ini tentang kesalahan yang berbuah kesalahan.
Ini tentang hukuman dosa di dunia.
Ini tentang aku yang berusaha berdamai dengan waktu..

Kuningan, 20 Maret 2009
22:48 WIB
Share:

Jumat, 13 Maret 2009

Perang Batu Menjelang Pemilu

Seorang guru pernah mengatakan, "Jika diibaratkan perang batu, maka ketika gerakan islam ini melempar batu ke arah musuh, maka ada gerakan islam lain di belakang kita yang justru melempar batu ke arah kita."

Saya bertanya, "Apakah kita harus berbalik arah dan melempari mereka?"

Guru saya menjawab, "Tidak. Karena bagaimanapun mereka adalah saudara kita. Lemparan mereka tidak mematikan. Tapi justru secara tidak langsung memberitahu kita berbagai kelemahan yang harus kita perbaiki. Lagipula dengan adanya mereka, kita akan tetap siaga, tidak terlena dalam medan pertempuran yang penuh goda."

Sayapun terdiam dan memegang erat batu di tangan.

Tangerang, 13 Maret 2009
00:06 WIB
"yang sedang merindukan gurunya"
Share:

Minggu, 08 Maret 2009

Geng Berpeci dan Bersarung

Bagi teman-teman yang tinggal di kawasan Kalibata, Pasar Minggu, dan sekitarnya, atau yang sering melintasi daerah tersebut pada malam minggu, tentu tak asing dengan fenomena geng berpeci dan bersarung yang sering sekali mengadakan konvoy. Dengan menggunakan beragam kendaraan, mulai dari motor, angkot, mobil bak terbuka, carry, dan sebagainya, mereka berjalan beriringan. Tak lupa atribut seperti bendera, banner, bedug, dan seragam khasnya, selalu menghiasi konvoy ini.

Tidak cuma pria dewasa yang terlibat dalam konvoy ini, wanita dan anak-anakpun turut ambil bagian. Bahkan dalam konvoy tadi malam yang saya saksikan, ada bayi yang digendong ibunya di motor yang turut konvoy.

Atraksi yang mereka tawarkan dalam konvoy inipun beragam. Ada atraksi kebut-kebutan dari motor-motor yang berada di depan. Ada yang melambai-lambaikan bendera yang besarnya mungkin sekitar 2x3 meter. Ada yang menabuh bedug dan berteriak-teriak tidak jelas. Bahkan tadi malam saya juga melihat anak-anak yang duduk di atap angkot yang melaju kencang.

Rute yang mereka tempuh sepertinya beragam. Pernah saya berpapasan dengan mereka di jalan raya Pasar Minggu. Kebetulan waktu itu saya naik metro mini, sehingga saya harus terjebak dalam kemacetan panjang hampir 1 jam. Saya juga pernah berpapasan dengan mereka di depan Jalan Raya Condet, yang menyebabkan saya harus menunggu selama hampir setengah jam. Dan tadi malam saya beriringan dengan mereka yang juga melintasi Jalan Raya TB Simatupang. Saya beruntung kali ini, karena saya mengendarai motor dan dapat menyalip iring-iringan ini.

Yang menarik dari geng ini adalah betapa mereka banyak sekali membawa simbol-simbol Islam. Setidaknya simbol Islam yang dikenal oleh kebanyakan masyarakat awam. Untuk prianya, hampir seluruhnya menggunakan kain sarung dan peci putih sebagai seragam. Sedangkan untuk wanitanya, kebanyakan dari mereka menggunakan jilbab, walaupun ada beberapa yang justru terlihat mengumbar aurat. Tak lupa bendera dan banner yang bertuliskan arab, mungkin tulisan Laa ilaaha illallah. Dan ada juga yang mengenakan jaket dan membawa bendera bertuliskan Majelis Rasulullah.

Entah apa maksud dan tujuan mereka melakukan konvoy ini. Apakah hanya sekedar jalan-jalan melepas kepenatan? Apakah janjian jalan bareng untuk menuju suatu tempat, untuk mengikuti kajian keislaman? Atau justru untuk melakukan syiar islam di jalanan?

Yang pasti, saya sangat menyayangkan cara yang mereka tempuh. Setahu saya, hanya geng bermotor saja yang melakukan konvoy-konvoy tidak berguna seperti ini. Konvoy kendaraan bermotor yang menghabiskan ratusan bahkan ribuan liter bahan bakar. Konvoy yang membuat kemacetan panjang. Dan konvoy yang membuat kota Jakarta semakin tercemar udaranya. Konvoy yang sebentar lagi juga akan kita saksikan menjelang pemilu 2009.

Itu sebabnya saya lebih suka menyebut mereka geng, dari pada sebuah pergerakan Islam. Karena bukankah orang yang meniru suatu kaum dapat disamakan dengan kaum tersebut. Dan pergerakan Islam Majelis Rasulullah ini, meniru geng bermotor dalam melakukan syiarnya, sehingga wajar jika saya menyebut mereka geng Majelis Rasulullah. Wallahu 'Alam bish showab.

Penutup:
Jika ada diantara teman-teman yang merupakan bagian dari geng ini, tolong beri saya penjelasan mengapa harus menempuh cara konvoy? Mungkin ada dalil dari Rasulullah yang saya tidak tahu, yang dijadikan landasan konvoy ini? Atau mungkin ini bagian dari ijtihad ulama? Tolong berikan saya penjelasan sehingga saya tidak lagi memandang negarif konvoy, dan dapat memaklumi cara yang teman-teman tempuh.

NB:
Saya juga akan sangat menyayangkan jika ada diantara partai politik yang mengaku partai Islam, tapi melakukan konvoy kendaraan bermotor dalam kampanyenya. Ingat, konvoy kendaraan bermotor  merupakan pemborosan bahan bakar. Dan orang-orang yang melakukan pemborosan merupakan Ikhwan asy Syayaathin.

"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. 17:27)

Tangerang, 7 Maret 2009
11:31 WIB
Share:

Minggu, 01 Maret 2009

Alhamdulillah hujan turun

Alhamdulillah hujan turun. Hujan yang membawa keberkahan bagi semesta. Hujan yang menjadi rahmat dari Sang Pencipta..

Alhamdulillah hujan turun. Hujan yang menjadi pengiring hidup baru seorang saudara. Hujan yang tak mnyurutkan lainnya tuk datang menyampaikn doa..

Alhamdulillah hujan turun. Hujan yang menjebakku di tengah kota. Dalam naungan halte busway dan kantuk yg mulai terasa..

Alhamdulillah hujan turun. Hujan yang memberiku kekuatan tuk mensyukuri segala..


Gatot Subroto
28 Februari 2009
15:48 WIB

Aisyah mengatakan bahwa Nabi saw. apabila melihat hujan, beliau berdoa: "Ya Allah, jadikanlah hujan yang bermanfaat" (HR. Bukhari)
Share: