Mungkin bukan berita baru ketika banyak rumah sakit jiwa yang menyediakan kamar khusus untuk korban pemilu. Sangat menarik karena hal ini nyata. Sebuah fakta bahwa ternyata banyak orang yang stres bahkan sampai gila karena gagal menjadi anggota dewan.
Untuk menjadi seorang anggota dewan memang membutuhkan biaya. Mulai dari biaya administrasi,kampanye dan publikasi, dan biaya lain terutama untuk anggota dewan dari partai-partai yang menjadikan pemilu sebagai ajang mencari dana. Tak kurang dari puluhan juta, bahkan sampai milyaran rupiah yang harus dikeluarkan untuk tiap calon anggota dewan.
Besarnya biaya yang dikeluarkan tak menyurutkan banyak orang untuk berlomba-lomba menjadi calon anggota dewan. Karena di mata banyak orang, seorang anggota dewan memiliki penghasilan yang besar. Mulai dari gaji pokok, tunjangan, sampai kemudahan mendapatkan uang haram. Maka biaya yang harus dikeluarkan dianggap sebagai investasi untuk meraih keuntungan yang jauh lebih besar ini. Dari sini, lahirlah mental-mental penjudi.
Seorang penjudi akan mengeluarkan seluruh uangnya ketika dia merasa bahwa ada kesempatan untuk melipatgandakan uang tersebut. Sekecil apapun peluang tak menyurutkan langkah mereka. Maka tak heran, jika para penjudi akan mulai melakukan pinjaman disana-sini demi sebuah mimpi duniawi. Begitu juga dengan para calon anggota dewan bermental penjudi ini.
Ketika pemilihan diselenggarakan, maka dadu-dadu itupun dilemparkan. Ada yang bergembira karena nomor yang mereka pilih sesuai dengan nomor dadu yang keluar. Tapi ada juga yang stres karena mereka gagal dalam perjudian ini. Maka seiring raibnya modal milyaran yang mereka keluarkan, raib pula kewarasan mereka. Jadilah mereka menempati kamar khusus korban pemilu.
Berbeda sekali dengan guru saya yang harus bolak-balik tasik untuk keperluan yang sama, menjadi calon anggota dewan. Walaupun harus mengeluarkan biaya yang besar jika dibandingkan dengan kehidupannya yang sederhana, beliau bukanlah seorang penjudi. Beliau tidak menganggap proses ini sebagai sebuah perjuangan untuk mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan lumayan, beliau menganggap ini semua sebagai sebuah proses untuk menggarap ladang dakwah baru.
Maka tak heran jika jawaban beliau ketika ditanya tentang biaya yang harus dikeluarkannya dalam pemilu adalah seperti ini:
"Akhi, dakwah ini membutuhkan biaya. Jika antum ingin berdakwah maka antum harus mengeluarkan biaya untuk ini. Jangan justru sebaliknya, mengharapkan gaji dan tunjangan dari dakwah yang kita jalankan. Lihat saja perintah jihad dalam Al Quran, kebanyakan selalu mendahulukan harta daripada jiwa. Maka untuk pemilu kali inipun, ana insya Allah ikhlas walaupun harus mengeluarkan biaya besar. Walau apapun terjadi, insya Allah ini adalah sebuah bentuk investasi akhirat nanti."
Sangat berbeda sekali bukan dengan mental para penjudi tadi?
Untuk menjadi seorang anggota dewan memang membutuhkan biaya. Mulai dari biaya administrasi,kampanye dan publikasi, dan biaya lain terutama untuk anggota dewan dari partai-partai yang menjadikan pemilu sebagai ajang mencari dana. Tak kurang dari puluhan juta, bahkan sampai milyaran rupiah yang harus dikeluarkan untuk tiap calon anggota dewan.
Besarnya biaya yang dikeluarkan tak menyurutkan banyak orang untuk berlomba-lomba menjadi calon anggota dewan. Karena di mata banyak orang, seorang anggota dewan memiliki penghasilan yang besar. Mulai dari gaji pokok, tunjangan, sampai kemudahan mendapatkan uang haram. Maka biaya yang harus dikeluarkan dianggap sebagai investasi untuk meraih keuntungan yang jauh lebih besar ini. Dari sini, lahirlah mental-mental penjudi.
Seorang penjudi akan mengeluarkan seluruh uangnya ketika dia merasa bahwa ada kesempatan untuk melipatgandakan uang tersebut. Sekecil apapun peluang tak menyurutkan langkah mereka. Maka tak heran, jika para penjudi akan mulai melakukan pinjaman disana-sini demi sebuah mimpi duniawi. Begitu juga dengan para calon anggota dewan bermental penjudi ini.
Ketika pemilihan diselenggarakan, maka dadu-dadu itupun dilemparkan. Ada yang bergembira karena nomor yang mereka pilih sesuai dengan nomor dadu yang keluar. Tapi ada juga yang stres karena mereka gagal dalam perjudian ini. Maka seiring raibnya modal milyaran yang mereka keluarkan, raib pula kewarasan mereka. Jadilah mereka menempati kamar khusus korban pemilu.
Berbeda sekali dengan guru saya yang harus bolak-balik tasik untuk keperluan yang sama, menjadi calon anggota dewan. Walaupun harus mengeluarkan biaya yang besar jika dibandingkan dengan kehidupannya yang sederhana, beliau bukanlah seorang penjudi. Beliau tidak menganggap proses ini sebagai sebuah perjuangan untuk mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan lumayan, beliau menganggap ini semua sebagai sebuah proses untuk menggarap ladang dakwah baru.
Maka tak heran jika jawaban beliau ketika ditanya tentang biaya yang harus dikeluarkannya dalam pemilu adalah seperti ini:
"Akhi, dakwah ini membutuhkan biaya. Jika antum ingin berdakwah maka antum harus mengeluarkan biaya untuk ini. Jangan justru sebaliknya, mengharapkan gaji dan tunjangan dari dakwah yang kita jalankan. Lihat saja perintah jihad dalam Al Quran, kebanyakan selalu mendahulukan harta daripada jiwa. Maka untuk pemilu kali inipun, ana insya Allah ikhlas walaupun harus mengeluarkan biaya besar. Walau apapun terjadi, insya Allah ini adalah sebuah bentuk investasi akhirat nanti."
Sangat berbeda sekali bukan dengan mental para penjudi tadi?
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. 2:261)
Tangerang, 27 Maret 2009
17:27 WIB
"Terkutuklah para pemalas yang menyamaratakan semua calon anggota dewan!"
17:27 WIB
"Terkutuklah para pemalas yang menyamaratakan semua calon anggota dewan!"
jaazakallah khairan for sharing akhy..
BalasHapussmoga hasna bukan termasuk orang yg dikutuk.
amin.:)
nggak lah. insya Allah...
BalasHapuswaiyyaki untuk doanya...
Iman kok ngga ikutan?
BalasHapusPadahal gue pingin liat kalo Iman jadi anggota Dewan yang terhormat..
Btw, kira-kira apa ya Man hubungan kodok dengan politik Indonesia?
@jamal:
BalasHapusKodok dan kebanyakan politikus, terutama dari kalangan artis, mereka sama-sama suka melompat mal..
@Iman:
BalasHapusBerarti bisa kejawab dong ya, pertanyaan yang kerap kali kita tanyakan waktu masih muda dulu ketika ada kampanye ketua BEM.
"Apa hubungan kodok dengan pergerakan mahasiswa?"
betul!
BalasHapuskebanyakan orang suka menggeneralisasi, malah kebanyakan orang tak segan-segan tuh menghina semua anggota dewan, di mata mereka, semuanya jadi sama.padahal diantara yang terburuk sekalipun pasti ada yang terbaik kan?
Namun karena banyaknya generalisasi tersebut, orang2 yang gak tau jadi malah apatis, dan mereka, jadi tambah gak tau dan gak mau nyari tau deh dimana anggota2 yang sejatinya berjuang untuk rakyat kayak guru Ka Iman itu..
tugas kita sekarang membuat spektrum baru untuk mereka, biar mereka bisa melek, dan memilih yang terbaik..
bukankah kewajiban kita juga memilih yang terbaik untuk menjadi pemimpin kita nantinya?
@jamal:
BalasHapusYap, waktu kita masih muda dan lugu dulu..
@intan:
BalasHapusYou've got the point kid..
Tanggapan paling bijak dari seorang intan..
*ngasih hadiah permen*
pernah muda juga?
BalasHapuskirain begitu lahir langsung tua..
ahaha..
piss Ka Iman..^^
jadi mahasiswa harus sadar politik dikiiit..
BalasHapushehe..
dih, permennya udah kadaluarsa tuh Ka Iman, udah besemut pula..
ckckck.. permen kayag gini mau dikasih ke orang secantik aku?
(geleng-geleng kepala)
Ya ampun, anak kecil kok blm tidur jam segini. Tidur gih sana. Jangan lupa sikat gigi. Apalagi kalau habis makan permen kadaluarsa..
BalasHapus*tertawa menahan kantuk*
baru pulang abis dari silaturahim ke Rumah sodara..
BalasHapustadi tidur siang soalnya, jadi sekarang blm ngantuk, lagipula sekalian mengunjungi fans2 berat saya,, :p
silahkan tidur duluan Ka, biasanya orang kalo udah tua emang bawaannya ngantuk aja,
hahaha.. :))
Sip..
BalasHapusSekalian ronda aja ntan. Itung2 bantuin hansip. He2..
*bersiap untuk tidur*
Lah?
BalasHapusKan emang saya hasipnya, hahaha!!!
*siap2 ngeliatin Ka Iman tidur*
*matiin lampu*
BalasHapus*untung bawa senter*
BalasHapusGyagyagya..
BalasHapusMestinya sxan kampanyein sang guru ni, ka iman..
He2..
Ah..tapi point-nya senada dg Kampanye Si Putih-ku sih ya..bkn mw kampanye terselubung..
Kqkqkq..
*selalu suka dg kisah hubungan si kodok sejak pertama x mendengarnya n_n*
@diny:
BalasHapusSaya khan gak menyebut nama partai tertentu din. Dan saya yakin, ada juga orang2 yang bukan dari partai tertentu itu yang juga memiliki niat mulia seperti guru saya..
@intan:
BalasHapusGimana rondanya?
Setuju, ka Iman..
BalasHapusAku juga ngga fanatik partai sih..
Karena pemilu x ini milih figur, jadi ya cari figur..
..karena tak semua ikan sejenis berenang di 1kolam yg sama..
tumben bisa serius loe Man....makanya ngaji yang bener.....jangan mikirin yang lain mulu, apalagi jadi orientasi utama....
BalasHapusTakut ah kalo Pandu udah ikutan..
BalasHapusmain catur aja yuk Mal...daripada serius mikirin tulisanya Iman.
BalasHapus@diny:
BalasHapusTapi biasanya ikan sejenis hidup berkelompok loh din..
@pandu:
BalasHapusYg lain mah udah gak gue pikirin lagï kali du. Sama kayak lo, dijalanin. He2..
cuman ampe jam 1, hehe..
BalasHapusabis itu tepar..
Tapi kalo Pandu kalah, saya jangan dikutuk jadi kodok ya..
BalasHapusTapi kalo Pandu kalah, saya jangan dikutuk jadi kodok ya..
BalasHapus2 Iman:
BalasHapussudah kuduga jawabannya bakal gt..
*cekikikan sambil kaget gara2 getaran kaca yg kenceng akibat geledek d luar*
2 Jamal&Pandu:
ikut dong..
Yang kalah,ganti ya.. =D
@Diny:
BalasHapusMendingan kamu jangan coba-coba punya urusan sekecil apa pun sama makhluk bernama Pandu ini, meski hanya sekedar main catur.
Cukuplah kami yang merasakannya..
*ngelirik Pandu*
BalasHapusndu, dikatain Jamal tuh..
Emang Pandu serem yah?
*cubit2 pipi Pandu*
lucu gini loh...
*pasang tampang polos*
*padahal lagi nyubitin boneka panda bawa jeruk, punya tetangga kamar*
Hwahaha..
BalasHapusada pejudi religius kali tuh man haha
BalasHapusjago juga, ya nge-les nya
BalasHapus@dyas:
BalasHapusSiapa yas?
hem.... sambil manggut-manggut...
BalasHapus@anit:
BalasHapusHemm.. Juga..
*manggut2*
kalu dah waktunya PEMILU, pasti ada yg 'berantem' antara 2 kubu dakwah yg beda haluan. gimana tuh akh?? pusiing... ^__^
BalasHapus@hannakhaliddiyah:
BalasHapusPerbedaan adalah sesuatu yg niscaya..
duuh,, bijaksananya.. :)
BalasHapus@hannakhaliddiyyah:
BalasHapusBijaksana adalah nama tengah saya..
Narsis juga..
wkwkwk
*geleng2 kepala..
BalasHapus