Senin, 20 April 2009

Kembali ke Jalur yang Benar

Ada satu pengalaman menarik ketika saya bersama tiga orang teman saya menjelajah Gunung Tambora. Gunung  yang terletak di pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini merupakan gunung yang masih jarang dikunjungi orang. Bahkan ketika kami pergi ke sana, kami merupakan orang pertama dan satu-satunya yang menjelajahi tempat tersebut di pergantian milenium. Karena itulah boleh dikatakan bahwa gunung ini merupakan gunung perawan, dengan jalur pendakian yang hampir hilang di sepanjang jalan. Dan teman-teman pasti sudah menduga bahwa pengalaman menarik disini pasti berkaitan dengan nyasar. :)

Ceritanya bermula ketika Yudi (bukan nama sebenarnya) teman saya sedang bertugas menjadi scout, orang terdepan yang menjadi pencari jalur. Yudi yang grasak-grusuk ini, berjalan dengan cepat dan penuh keyakinan, menerobos setiap ranting dan dahan yang melintang. Kemudian tanpa sadar membawa kami ke jalur yang salah. Hal ini baru diketahui ketika kami menemukan sebuah lapangan terbuka di tengah hutan. Lapangan ini penuh dengan pohon-pohon tebangan yang ditumpuk, yang membuat kami terheran bahwa ternyata penebang hutan sudah sejauh ini memasuki kawasan terlarang.

Setelah kami mencari-cari jalur untuk meneruskan pendakian, ternyata kami tidak menemukan satupun jalur. Yang ada adalah jalur tempat kami tadi datang. Rupanya kami nyasar, disesatkan oleh jalur para penebang liar. Kamipun mengambil kompas, peta, dan altimeter. Dengan ketiga alat tersebut, kamipun berhasil memperkirakan lokasi kami di peta. Ternyata jarak yang kami tempuh sudah cukup jauh, dan untuk kembali ke jalur yang semula, mungkin diperlukan waktu dan tenaga yang tidak sedikit.

Yudi (bukan nama sebenarnya)  : "Jauh juga ya kita nyasar."

Raden (bukan nama sebenarnya juga)  : "Iya nih. Apa kita terabas aja ya? Toh kita dah bawa golok dan alat-alat survival khan?"

Yudi: "Setuju."

Togar (nama samaran)  : "Gue gak setuju. Kita belum tahu medannya kayak apa. Lagian kalau nekat nerabas, waktu dan tenaga kita pasti terkuras."

Iman (nama sesuai akte kelahiran)  : "Bener tuh. Kita masih punya Rinjani dan Agung untuk kita jelajahi pas pulang nanti, sayang banget kalau kehabisan tenaga dan waktu disini. Lagian nerabas ini khan bukan tujuan kita semula.

Akhirnya setelah beradu argumentasi, kami sepakat untuk kembali ke jalur semula, persimpangan tempat kita nyasar tadi. Dibutuhkan lebih dari 1 jam untuk kami menemukan persimpangan dan jalur yang benar. Melelahkan tapi lega.

Pengalaman ini menjadi pelajaran ketika suatu saat saya kehilangan orientasi dalam hidup. Usaha yang telah saya lakukan ternyata berada di jalur yang salah, sehingga jika ingin kembali ke jalur yang benar, saya harus mengorbankan waktu dan tenaga yang selama ini sudah terlanjur saya curahkan. Dan tidak ada yang lebih melelahkan ketika kita harus kembali memulai dari awal.

Maka, memilki peta, kompas (dan mungkin altimeter) dalam hidup, adalah sebuah keniscayaan. Sehingga kita tahu jika kita salah jalur.

Maka memilki keinginan untuk senantiasa memperbaiki diri dan memperbaiki niat yang ada, lalu berusaha kembali ke jalur yang benar, adalah sebuah hal yang niscaya. Karena di satu sisi, Allah akan langsung Memberikan ganjaran atas perbuatan dan niat  lurus kita, tetapi di sisi lain, Allah akan senantiasa Memberikan kesempatan perbaikan atas perbuatan dan niat yang masih menyimpang.

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."" (QS. 14:7)

Tangerang, 20 April 2009
13:32 WIB
Share:

40 komentar:

  1. Pelajaran yang bagus kk, menyulut api semangat.
    Klo kk waktu itu nyerah saja kan terjerat dizona kalut :) heeeeee
    ternyata setiap jengkal langkah kita adalah pelajaran berharga.
    JKFS kk Iman emang baiiik heheheh

    BalasHapus
  2. Kalau nyerah, mungkin masih disana kali ya...
    Hehe...

    Waiyyaki anit..

    BalasHapus
  3. terimakasih sharing tulisannya:)
    jadi ingat sering ' nyasar ' dalam perjalanan...

    BalasHapus
  4. @budi:
    Sama2. Jangan lupa selalu gunakan 'peta' dan 'kompas' ya. Atau mungkin sekarang dah jaman 'gps'. He2

    BalasHapus
  5. wah mantaps bro.
    kapan2 ajak ane dong naik gunung.

    BalasHapus
  6. @akh tri:
    Bolehlah nanti kalau antum dah di indo lagi. He2

    BalasHapus
  7. nice story kak
    btw siapakah di balik2 nama2 samaran itu????
    he,,he,,,

    BalasHapus
  8. Sebenernya namanya gak jauh beda ama nama aslinya. Hehe...

    Makasih udah baca dan komen mul...

    BalasHapus
  9. sami-sami kak

    kapan-kapan kakak jelajah ke gunung bromo yah
    dan bikin cerpen^^

    bismillah....all the best

    BalasHapus
  10. Kalau gunung bromo dah pernah. Waktu itu sekalian ama Semeru juga. Tapi kalau bikin cerpennya belom tuh. Nanti kali ya... :)

    BalasHapus
  11. ow... i c
    dulu kok gak jumpa yah. he,,he,,,just kidding

    moga cepat bikin yah kak
    be waiting insyaALLAH

    BalasHapus
  12. Soalnya saya sembunyi kalau ada akhwat lewat. Hehehe...

    BalasHapus
  13. subhanallah..
    tulisan yang indah
    diambil dari pengalaman pribadi dan bukan rekayasa
    terasa indah dan mampu menjiwai
    sang penulis pun menyelipkan ilmu yg insya Allah bermanfaat.

    jazakallah khairan for sharing ya akhyfillah.

    BalasHapus
  14. @hasna:
    Alhamdulillah kalau bermanfaat untuk hasna..

    Waiyyaki..

    BalasHapus
  15. wah, tulisannya keren kak!
    Gynung Tambora itu jauh loh!
    ada 4 pos kan?
    bukannya kalo kesana biasanya ditemani sama warga yang udah kenal banget seluk-beluk gunung itu yah?
    temenku pernah ada yang ke gunung itu soalnya.^^
    sekalian ke pulau satonda gak ka?

    BalasHapus
  16. @intan:
    Kita berhasil ngelobi biar gak pake guide. Gak seru banget kalo pake guide. Gak ada tantangannya..

    Di sumbawa gak sempet kemana-mana. Ngejar target rinjani dan agung soalnya..

    BalasHapus
  17. pengen....

    pengen naik gunung maksudnya

    BalasHapus
  18. @ludi:
    Oo, kirain pengen kembali ke jalur yang benar. He2

    BalasHapus
  19. udah.udah berada di jalan yang bener kok *belagu*

    BalasHapus
  20. @ludi:
    Alhamdulillah..
    Semoga tetap istiqomah!

    BalasHapus
  21. amiin..

    jazakaLLAHu jaziilan

    JKFS

    (pengen ganti mode, biar kaya cudin)

    BalasHapus
  22. @ludi:
    Wah kalau ngerubah image bakalan susah tuh di. Image akhwat preman tapi kocak dah terlanjur melekat. Hwahaha..

    BalasHapus
  23. ludi bukan preman kocak. ludi lembut dan solihah dan SERIUS
    ludi bukan preman kocak. ludi lembut dan solihah dan SERIUS
    ludi bukan preman kocak. ludi lembut dan solihah dan SERIUS

    *mencoba menghipnotis k'iman*

    BalasHapus
  24. *terhipnotis sedikit*

    Ludi preman kocak yang SERIUS, bukan lembut dan solihah.. 10x

    *sadar*

    Eh, ada apa ya?

    *bingung*

    BalasHapus
  25. padahal di satonda keren lho kak, hehe,
    ada danau air asin sama pohon berbuah batu,,^^

    rinjani, agun dan satonda ya?
    hemm,,
    paling keren yg mana kak?

    BalasHapus
  26. @intan:
    Dimanapun keren kok, yang paling penting tuh ama siapanya. He2..

    Btw, emang nt pernah ke satonda?

    BalasHapus
  27. siplah
    kalo sama saya mah pasti ke mana aja keren.
    :p

    ckckck..
    tapi saya sudah ada yang punya sayangnya..
    *geer mode: ON*

    BalasHapus
  28. ka ims.. sering-sering dong bikin tulisan ttg jelajah semestanya.. siapa tau bisa jadi program teve.. heheheee...
    jadi ngiri!!

    BalasHapus
  29. @fars:
    Sabar far, semua ada waktunya. Disegerakan atuh. Tapi kalau emang belum, puasa aja..

    Wkwkwk..

    BalasHapus
  30. JKFS,atas pelajarannya yang sangat berharga

    BalasHapus
  31. @zaujat:
    Waiyyakum. Alhamdulillah kalau bermanfaat..

    BalasHapus
  32. ada yg bilang, orang bergolongan darah B adalah orang yg sering nyasar. alahamdulillah saya gak termasuk ^__^

    BalasHapus
  33. jago bikin analogi nih. perlu belajar. mau mengajari, guru? ^__^

    BalasHapus
  34. @hannakhaliddiyyah:
    Belajar ama sy gak gratis loh. Kebetulan sekolah tmp sy ngajar msh buka pndaftaran, tp untuk tingkat smp. Mau?

    He2

    BalasHapus
  35. @hannakhaliddiyyah:
    Ngambek? Ternyata beneran masih smp y..

    He2

    BalasHapus
  36. seandainya bisa masih SMP.. enak, tinggal ma ortu gak perlu jauh2 merantau (hehe,,curhat colongan),,

    BalasHapus