Selasa, 07 April 2009

Pameran Kebaikan di Tengah Kecemasan Para Korban

Hari Jumat kemarin saya mendapat pelajaran baru tentang arti kecemasan,dimana kecemasan dibagi menjadi 3,yaitu cemas terhadap masa lalu, sekarang, dan masa depan. Dan jika kecemasan itu berlebihan, maka timbullah trauma.

Pelajaran ini saya dapat ketika seorang pemateri dari Klinik Hati beraksi di hadapn para korbn Situ Gintung. Aksi trauma healing yang unik menggunakan metode pernafasan dan dzikir. Sebuah aksi yg cukup menentramkan di tengah kepadatan relawan dan pemberi bantuan.

Di situ gintung saat ini memang sedang ada pameran. Disana kita akan melihat banyak sekali stand, mulai dari lembaga penanggulangan bencana profesional, relawan kambuhan, sampai stand gadungan yang dibuat partai politik. Saya sebut stand gadungan karena disana hanya ada pos dan lambang parpol, tapi tak ada orang ataupun barang bantuan. Mungkin mereka sudah bubar jalan.

Tapi tidak seperti pameran pada umumnya, stand ini tidak dikunjungi konsumen melainkan secara proaktif mendatangi konsumen. Maka, jadilah para pengungsi yang tinggal di gedung Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ, menjadi konsumen yang sibuk. Karena ternyata kurang ada koordinasi dari stand-stand yang ada, sehingga stand-stand ini silih berganti dari pagi sampai malam mendatangi korban. Maka korban bagaikan selebritis yang punya janji padat dengan berbagai lembaga, ditambah seringnya mereka diliput media. Tak ayal, kelelahan dan fatigue pun melanda mereka.

Alan, Anak Pengusaha Kerupuk

Di tempat yang agak jauh dari pos pengungsi FKK UMJ, tepatnya di sekitar pabrik kerupuk, terdapat juga orang-orang yang menjadi korban. Mereka adalah orang-orang yang pekerjaan sehari-harinya menjajakan kerupuk. Mereka tinggal di bedeng-bedeng sederhana yang ada di sekitar pabrik kerupuk.

Tapi semenjak tanggul Situ Gintung jebol, banyak diantara mereka yang kembali ke kampung halaman masing-masing. Hanya beberapa orang yang masih tersisa di tempat itu, dan kini mereka menjajakan kerupuk dari pabrik lain, dengan keuntungan yang lebih kecil tentunya.

Menurut Alan (ini Alan beneran loh), anak pemilik pabrik, semenjak tanggul Situ Gintung jebol, pabrik kerupuk milik ayahnya berhenti beroperasi. Memang orang-orang yang tinggal disitu tidak ada satupun yang menjadi korban, tapi berton-ton bahan baku, bahan setengah jadi, dan kerupuk yang siap dipasarkan menjadi korban. Mesin pembuat kerupuk pun menjadi korban. Jumlah kerugian ditaksir mencapai 30 juta rupiah. Hal ini otomatis menjadikan banyak orang yang tinggal disitu kembali menjadi pengangguran, termasuk Alan.

Tapi sayangnya sampai saat ini belum ada perhatian dari pemerintah tentang nasib para pengusaha kerupuk tersebut. Jauhnya mereka dari tempat pengungsian, tidak adanya media yang meliput, dan tidak adanya korban jiwa, menjadikan mereka menjadi korban yang jarang sekali dikunjungi stand pameran kebaikan. Saat saya dan tiga teman saya melakukan wawancara disana, hanya stand ACT (Aksi Cepat Tanggap) saja yang pernah memberikan bantuan. Sedangkan stand lainnya terkonsentrasi di FKK UMJ, di tengah sorotan gencar media massa.

Wisatawan Pengunjung Pameran

Yang paling menyemarakkan suasana tentu saja para wisatawan bencana. Mereka datang dari berbagai kalangan. Mereka juga datang dalam jumlah yang bervariasi. Dan yang pasti, mereka datang dengan berbagai maksud dan tujuan.

Ada wisatawan yang datang berdua-berdua, anak-anak muda, foto sini foto sana. Tak ada rasa empati pada wajah mereka sama sekali. Mungkin maksud dan tujuan mereka kesini hanya untuk mencari tempat pacaran gratis, di tengah mahalnya tempat wisata dalam masa krisis.

Ada wisatawan keluarga, ayah, ibu, dan anak mereka. Di wajah mereka terlihat keprihatinan, sambil sesekali mengajari anak mereka tentang hikmah yang harusnya diambil. Sebuah sarana edukasi moral gratis di tengah mahalnya biaya pendidikan.

Ada juga wisatawan dalam jumlah cukup besar. Mereka terdiri dari berbagai kelompok. Tak jarang diantara mereka membawa bendera, memakai seragam, atau embel-embel lain yang menunjukkan identitas mereka. Mungkin maksud mereka kesini ingin menyalurkan bantuan, mungkin juga sekedar jalan-jalan. Yang pasti wisatawan kelompok inilah yang paling ramai dan paling menonjol.

Antara Spontanitas Peduli dan Strategi Berbagi

Beruntunglah kita berada diantara bangsa yang memiliki rasa peduli tinggi. Tapi kepedulian ternyata tidak cukup untuk menyelesaikan masalah. Kompleksitas bencana Situ Gintung membutuhkan sebuah strategi penanganan yang matang, tidak serabutan seperti yang terjadi sekarang ini.

Energi itu seharusnya dibagi. Pembagian bantuan juga seharusnya direncanakan dengan matang. Sehingga tidak ada lagi cerita standard dalam setiap bencana, bahwa ketika masa evakuasi semua orang berbondong-bondong turut menolong, tetapi ketika masa recovery tiba tak ada lagi tenaga dan dana yang tersisa. Dengan strategi ini diharapkan tak ada lagi kecemasan dari korban dalam menyongsong masa depan.

Tangerang, 4 April 2009

10:58 WIB
Share:

19 komentar:

  1. PR besar,ka iman..
    Sistem koordinasi memang perlu pembenahan..
    Sayangnya,kebanyakan instansi/kelompok terlalu sibuk memenuhi agenda kegiatan..

    aw,,c'mon..

    BalasHapus
  2. @ahna:
    Haiyah..
    Biasa aja kalee na..
    He2

    BalasHapus
  3. Buat semua pihak k iman..
    Dari tingkat terkecil sampe tingkat nasional..

    BalasHapus
  4. Buat semua pihak k iman..
    Dari tingkat terkecil sampe tingkat nasional..

    BalasHapus
  5. kalo bisa bantuan juga disesuaikan dengan core competen kali ya, supaya gak tumpang tindih dan semua masalah mereka ada yang mengatasi. Tapi yang terpenting sih menurutku kalo bisa bantuan dananya berupa modal produktif, gak seperti penanggulan bencana di Aceh yang reaktif dan konsumtif...

    BalasHapus
  6. @rika:
    Yap, you're right.

    @arbi:
    Gak ada bi.

    BalasHapus
  7. T_T SFS kk sambil menunduk dalem...

    BalasHapus
  8. @anit:
    Afwan..

    *menunduk juga, jaga pandangan, he2*

    BalasHapus
  9. betul kak! sangat jarang yang bisa (atau mau) bertahan hingga beberapa bulan ke depan, untuk menyelesaikan masa recovery hingga semuanya bisa berjalan normal kembali.. coba semua yang datang ke sana tidak hanya punya niat baik, tapi juga memikirkan pembagian itu.. jadi adil ladang amalnya ^^

    BalasHapus
  10. @hannakhaliddiyyah:
    Cape? Makanya klo baca artikel jng sambil push up..
    He2

    BalasHapus
  11. gak sambil push up, tp angkat barbel :)

    BalasHapus
  12. @hannakhaliddiyyah:
    Wah jarang2 ada akhwat angkat barbel..
    wkwkwk

    BalasHapus