Kamis, 26 Februari 2009

Tak Kuasa Mensyukuri Segala

Jika ada orang yang bersyukur terhadap apa yang tidak mereka miliki, maka untuk mensyukuri semua yang saya miliki saja, saya tak kuasa. Karena dalam hidup yang saya jalani ini, terlalu banyak hal yang saya miliki. Terlalu banyak hal yang telah diberikanNya. Terlalu banyak hal yang harus disyukuri.

Saya memiliki nyawa, yang membedakan saya dengan orang-orang yang telah meninggal dunia. Nyawa yang tidak akan pernah dapat ditiru penciptaannya. Nyawa yang rela ditukar oleh para pencinta yang kehilangan kekasihnya, dengan apa saja. Nyawa yang terkadang kita lupa bahwa kita memilikinya, bahkan banyak yang sia-sia.

Saya memiliki iman yang terhujam dalam dada. Iman yang membalikkan paradigma. Iman yang tak seorangpun sanggup menunjukkannya kepada saya, bahkan seorang Muhammad sekalipun, jika tanpa KehendakNya.

Saya memiliki...segala. Karena dengan dua hal itu saja saya takkan pernah sanggup untuk membalasNya. Apalagi untuk membalas nikmat lainnya, seperti nikmat sehat, keluarga, ukhuwah islamiyah, kecerdasan, dan lain sebagainya.

Pernah saya tidak bisa pulang karena uang yang saya bawa kurang 1000 rupiah, padahal biasanya saya menganggapnya receh. Pernah saya melupakan kenikmatan memiliki tempat tinggal, sampai saya harus terdampar dan tidur di terminal. Pernah saya melupakan apa yang saya miliki, sampai Allah Mengambilnya kembali.

Maka jika ada orang yang bersyukur terhadap apa yang tidak mereka miliki, untuk mensyukuri segala yang saya miliki saja saya tak kuasa.

Ketika Aisyah mendapati Rasulullah saw. senantiasa melaksanakan shalat malam tanpa henti, bahkan seakan-akan memaksa diri hingga kakinya bengkak-bengkak. Saat ditanya oleh Aisyah, “Kenapa engkau berbuat seperti ini? Bukankah Allah telah menjamin untuk mengampuni segala dosa-dosamu?” Rasulullah menjawab, “Tidakkah (jika demikian) aku menjadi hamba Allah yang bersyukur”. (HR. Al-Bukhari).

Tangerang, 26 Februari 2009
09:41 WIB
"Alhamdulillah"
Share:

Selasa, 24 Februari 2009

Hirarki Niat

Tentang Coca Cola
Iman: "Lan, kenapa sih lo gak suka minum coca cola?"

Alan: "Karena coca cola tuh punya orang Yahudi Man"

Iman: "Emangnya kenapa kalau punya orang Yahudi? Bukankah bermuamalah dengan orang kafir sekalipun diperbolehkan dalam Islam?"

Alan: "Iya sih, tapi khan orang Yahudi tuh saat ini sedang menindas Bangsa Palestina."

Iman: "Terus?"

Alan: "Nah keuntungan penjualan coca cola tuh disumbangkan untuk itu."

Iman: "Terus?"

Alan: "Kalau kita beli coca cola, berarti secara tidak langsung kita turut menyumbang untuk menyakiti saudara kita di Palestina."

Iman: "Terus?"

Alan: "Menyakiti saudara sendiri khan gak boleh Man. Dilarang Allah."


Tentang Membaca
Iman: "Lan, kenapa sih lo suka banget baca shiroh Nabi Muhammad saw?"

Alan: "Untuk mencari tahu segala sesuatu tentang beliau Man."

Iman: "Kenapa lo mau tahu segala sesuatu tentang beliau?"

Alan: "Biar bisa meniru tingkah lakunya."

Iman: "Kenapa kita harus meniru tingkah laku beliau?"

Alan: "Karena dalam diri beliau, ada suri tauladan yang baik."

Iman: "Terus?"

Alan: "Karena meniru suri tauladan beliau itu Diperintahkan Allah."


Tentang Tawaran Kerja
Iman: "Katanya lo kemarin diterima kerja ya Lan?"

Alan: "Iya, tinggal tanda tangan kontrak."

Iman: "Terus?"

Alan: "Gak gue ambil."

Iman: "Kenapa?"

Alan: "Karena HRD Managernya nyuruh gue nyukur habis jenggot gue."

Iman: "Loh, kenapa?"

Alan: "Katanya sih Direkturnya gak suka."

Iman: "Terus apa masalahnya?"

Alan: "Gue gak mau nyukur habis jenggot gue."

Iman: "Kenapa?"

Alan: "Karena memelihara jenggot ini perbuatan yang dicontohkan dan dianjurkan Nabi Muhammad."

Iman: "Terus?"

Alan: "Mengamalkan Sunnah Nabi tuh Diperintahkan oleh Allah, Man"
Share:

Minggu, 22 Februari 2009

Sabtu, 21 Februari 2009

Kewajiban Berjihad di Dunia Maya

Bergelut dengan dunia maya secara intensif membuat saya mendapatkan banyak hal baru, hal-hal yang menambah pengetahuan dan membuka wawasan. Hal ini wajar, mengingat kita dapat menemukan hampir semua hal disini, di dunia maya yang memperkecil bumi ini. Jika kita ingin mencari sesuatu, tinggal tanya saja oom Google.

Tetapi bergelut dengan Al Quran, membuat saya mendapatkan hal yang seharusnya saya tahu. Saya tidak mendapatkan informasi sampah disini. Semua informasi yang ada, selain menambah pengetahuan, membuka wawasan, juga mempengaruhi hati. Amat wajar jika dulu Umar ditegur oleh Rasulullah karena beliau saat itu membuka-buka kitab taurat dan injil dan tidak mencukupkan diri hanya dengan Al Quran.

Sayangnya, informasi yang dibutuhkan oleh semua manusia dalam Al Quran, cenderung tenggelam diantara milyaran informasi lain di dunia maya. Padahal jumlah muslim penghuni dunia maya  banyak sekali. Jika kita seorang yang pesimis, maka kita akan menganggap wajar hal ini. Tetapi jika kita seorang pejuang, maka kita akan menganggap hal ini sebagai tantangan, karena sebagai seorang mukmin, adalah sebuah kewajiban bagi kita untuk menyampaikan Al Quran, walaupun hanya satu ayat.

Kewajiban menyampaikan kebenaran juga tentunya tak lengkap jika tidak diimbangi dengan kewajiban menolak kemungkaran. Dan dunia maya merupakan dunia yang sebagian besar isinya merupakan kemungkaran. Tak heran jika kata kunci yang paling sering ditulis di mesin pencari Google adalah kata-kata yang berhubungan dengan sex.

Kita juga tentu masih ingat bagaimana kebebasan yang kebablasan telah menodai Rosulullah dalam bentuk kartun yang hina, Masih jelas dalam ingatan kita bagaimana film Fitna yang begitu menghina dapat bebas beredar di dunia maya. Belum lagi situs-situs dalam negeri yang didanai Amerika seperti islamlib, dan sebagainya, yang isinya membuat kita bertanya, Islam dari mana mereka ini.

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Ternyata banyak saudara-saudara kita di dunia maya yang telah melangkah jauh menyikapi hal ini. Mereka mengamalkan Surat At Taubah ayat 120 dengan cara mereka sendiri. Mereka berperang di dunia maya, menimpakan bencana, dan membangkitkan amarah musuh-musuh Islam. Mereka sering menamakan diri mereka muslim hacker.

Diberitakan bahwa ketika penyebaran kartun yang menghina Nabi Muhammad saw, muslim hacker merusak lebih dari 3000 situs Negara Denmark yang turut ambil bagian dalam kemungkaran tersebut. Begitu juga ketika terjadi penyebaran film fitma, banyak situs Belanda yang menjadi korban. Dan yang lebih hebat lagi, ada muslim hacker yang berhasil membobol situs CIA, sebuah prestasi yang luar biasa mengingat keamanan situs ini yang begitu ketat.

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".(QS. 9:71)

Sudah saatnya kita garap ladang dakwah di dunia maya ini dengan lebih serius. Karena siapa yang menguasai informasi, maka ia akan mudah  untuk menguasai dunia. Lakukan sesuai dengan kemampuan kita, bahkan walaupun dengan hanya menulis sesuatu yang berguna. Wallahu 'alam bish showab.

"Hari ini, ketika hampir seluruh hajat hidup kita dikuasai oleh Yahudi, masihkan engkau sibuk bergenit-genit menulis hanya untuk mendapat tepuk tangan? Sudah saatnya menulis untuk perubahan." (M. Fauzil Adhim)

Tangerang, 21 Februari 2009
07:51 WIB
Share:

Selasa, 17 Februari 2009

Merindukan Cinta

Jika rindu adalah air, maka ia mengalir..
Menetes dan membanjir.
Tapi jangan biarkan ia tergenang, membusuk dan berkubang.
Salurkan, maka kan kaudapatkan kekuatan yang sanggup menggerakan.peradaban.

Jika cinta adalah udara, maka ia ada dimana-mana..
Di sini dan di sana.
Tapi jangan kau cari ia di ruang hampa.
Jangan pula kaubiarkan ia bebas membara, karena ia kan menjadi badai yang kan hancurkan segala.
Kendalikan, maka kan kaudapatkan kekuatan yang sanggup membangkitkan..

Jika rindu dan cinta melanda, maka jadikanlah ia hujan rahmat dari Yang Kuasa.

Tangerang, 17 Februari 2009.
06:35 WIB.
"Tuk saudara sepersusuan yang sebentar lagi membingkai kerinduan dan cintanya"
Share:

Rabu, 04 Februari 2009

Mari Kita Didik Anak Kita

Satu hal yang saya pelajari dari pengalaman saya sebagai pembina asrama adalah tentang kewajiban orang tua mendidik anaknya dan implikasi dari kewajiban tersebut. Karena di asrama nan jauh di sana, saya menemukan contoh menarik yang dapat dijadikan perbandingan.

Jika anda tidak sepakat bahwa orang tua wajib mendidik anaknya, maka jangan teruskan membaca tulisan ini, karena asumsi dasar dari tulisan ini adalah tentang kewajiban orang tua dalam mendidik anak. Tetapi jika anda sepakat dengan saya, maka saya akan mengingatkan lagi dasar dari kewajiban mendidik anak dalam Al Quran dan sunnah.

Tentu kita ingat tentang surat dalam Al Quran yang mengkhususkan diri dalam masalah pendidikan anak. Yap, benar sekali. Itu adalah surat Luqman. Surat itu menceritakan tentang segala aspek yang perlu kita ketahui dalam mendidik anak, mulai dari sikap dalam mendidik, materi, sampai pada tahapan dalam mendidik. Silahkan anda baca surat Luqman ayat 13, 16 sampai 19.

Al Quran juga menceritakan kepada kita tentang bagaimana para Nabi mendidik anak-anaknya, mulai dari Ibrahim as. (QS.2:132), Nuh as. (QS. 11:42), sampai kepada Ya'qub (QS. 12:87). Walaupun tidak diceritakan secara lengkap, tapi kita dapat mengambil pelajaran bahwa bahkan para nabi pun, yang dalam hal ini memiliki tanggung jawab besar serta tugas yang teramat berat, masih sempat untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Karena apa? Karena ini memang kewajiban yang dibebankan Allah kepada hambaNya, tak peduli siapapun dia.

Lalu bagaimana dengan Rasulullah saw.? Dalam hal ini saya mengutip hadits sahih yang cukup populer mengenai pendidikan anak: "Rasulullah saw. bersabda: 'Suruhlah anak-anakmu mengerjakan sholat bila mereka telah berusia tujuh tahun, dan pukullah jika meninggalkannya pada saat mereka berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur!'" (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim yang mengatakan hadits ini sahih atas syarat Muslim).

Mengapa cuma sholat? Mungkin anda bertanya seperti ini. Lalu aspek lainnya mana? Dan pertanyaan ini langsung mengikuti. Sebenarnya, secara tidak langsung, banyak hal yang diwajibkan kepada kita sebagai orang tua dan calon orang tua dengan pendidikan sholat ini. Kita tentu masih ingat pelajaran tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan sholat, mulai dari aspek hukum, syarat sah sholat, aspek psikologis dalam sholat, sampai aspek sosial dalam sholat berjamaah.

Mari kita ambil satu contoh tentang syarat sah sholat. Sholat bisa disebut sah jika mengikuti kaidah sebagai berikut: Pertama, dilakukan tepat waktu. Kedua, suci dari hadats kecil dan hadats besar. Ketiga, suci badan, pakaian, dan tempat sholat dari najis. Keempat, menutup aurat. Kelima, menghadap kiblat. Dan keenam, mengikuti tata cara sholat yang dicontohkan Nabi saw.

Dari satu aspek tentang syarat sah sholat ini saja, kita harus mengajarkan pada anak kita minimal enam hal seperti disebutkan di atas. Dan jika kita ambil contoh hal kedua dari aspek ini, maka secara tidak langsung kita diharuskan untuk memberikan pendidikan sex pada anak kita, terutama yang berkaitan dengan mimpi basah dan menstruasi.

Itu baru satu aspek. Jika kita taat kepada Rasulullah saw., maka mau tidak mau kita harus menggali dan mengajarkan semua aspek dalam sholat kepada anak kita. Dan jika kita melakukan hal tersebut, maka kita akan menemukan bahwa pendidikan sholat ini ternyata mencakup seluruh aspek dalam hidup kita, juga dalam hidup anak-anak kita. Berat bukan?

Lalu apakah kita yang harus melakukan itu semua? Itulah gunanya sekolah.

Bersambung...


Tangerang, 4 Februari 2009
07:50 WIB
Share:

Selasa, 03 Februari 2009

Belajar dari Ahli Sihir Profesional

Dalam suatu pertemuan, bersama teman-teman Learning Quest, dengan calon klien kami, kami saat itu ditanya oleh calon klien kami. Satu pertanyaan sederhana yang entah sengaja atau tidak seperti menguji kompetensi kami. Kami ditanya tentang buku psikologi islam terbaik yang pernah kami baca.

Jujur saja sampai saat itu saya belum begitu serius mempelajari psikologi islam, apalagi membaca sampai tuntas buku yang mengkhususkan diri mengenai hal itu. Bahkan untuk mempelajari psikologi secara umum saja saya bisa dibilang kurang. Padahal bukankah psikologi adalah core-competency saya?

Berkaitan dengan core-competency, tadi malam saya mendapatkan pelajaran yang berharga. Saya membaca kisah dakwah Nabi Musa a.s. di surat Al A'raaf ayat 103 - 126. Ayat ini bercerita tentang perjuangan Nabi Musa a.s. berdakwah di negeri Fir'aun. Seperti kebanyakan manusia pada umumnya, Fir'aun meminta bukti kenabian Musa a.s. sebelum memutuskan apakah Musa membawa kebenaran atau cuma bualan belaka. Maka Nabi Musa a.s. pun menunjukkan mukjizatnya.

Fir'aun dan pemukanya yang menyaksikan langsung mukjizat tersebut ternyata tidak dengan serta merta mengakui hal itu sebagai bukti, karena mereka pernah melihat sihir, dan menganggap apa yang dilakukan Nabi Musa a.s. itu sebagai sihir. Maka dikumpulkanlah ahli sihir-ahli sihir terbaik di negeri itu untuk bertanding melawan Nabi Musa a.s..

Para ahli sihir tersebut, sebagaimana layaknya manusia pada umumnya, meminta bayaran kepada Fir'aun jika mereka berhasil mengalahkan Nabi Musa a.s.. Fir'aun setuju, dan bahkan dia akan memberikan kedudukan di istana untuk ahli sihir yang berhasil mengalahkan Nabi Musa a.s.. Maka hari pertandingan pun tiba.

Pada hari H, ahli sihir-ahli sihir itu benar-benar menunjukkan core-competency mereka sebagai ahli sihir terbaik di seluruh penjuru negeri. Mereka memperlihatkan sihir yang menakjubkan, yang menjadikan banyak orang takut. Bahkan Nabi Musa a.s. pun sempat merasa takut, sampai Allah Memberikan ketenangan kepada beliau. Setelah Nabi Musa a.s. merasa tenang, beliaupun melemparkan tongkatnya dan menunjukkan mukjizat Allah. Maka ditelanlah seluruh sihir yang ada oleh tongkat Nabi Musa a.s. yang berubah menjadi ular besar.

Yang menarik disini adalah, ketika sihir mereka dihancurkan oleh Nabi Musa a.s., para ahli sihir tersebut langsung menyadari bahwa ternyata ada yang jauh lebih hebat dari mereka dalam hal ilmu sihir. Bahkan mereka menyadari bahwa ilmu sihir ini adalah ilmu sihir terbaik yang pernah mereka saksikan, yang sampai kapanpun tidak akan sanggup mereka kalahkan. Merekapun dengan legowo mengakui kekalahan mereka, karena sebagai seorang profesional di bidang sihir, mereka menyadari kehebatan "sihir" Nabi Musa a.s..

Setelah para ahli sihir tersebut mengakui kekalahan mereka, merekapun mulai menerima kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Musa a.s.. Maka mereka akhirnya tunduk dan bersujud, mengakui keimanan mereka terhadap Tuhannya Nabi Musa a.s..

Berbeda dengan para ahli sihir, Fir'aun dan para pembesarnya yang dalam hal ini tidak mengerti sihir, merasa marah dan kecewa atas kemenangan Nabi Musa a.s.. Bahkan lebih marah lagi ketika para ahli sihir tersebut mengaku kalah, tunduk, dan bersujud kepada tuhannya Nabi Musa a.s.. Karena kesombongannya, Fir'aun sama sekali tidak menerima kenyataan yang ada. Cerita pun berlanjut, tapi saya tidak akan meneruskannya disini.

Menarik bukan? Menyaksikan bagaimana para ahli sihir profesional itu dikalahkan oleh Nabi Musa a.s.. yang jauh lebih profesional. Menyaksikan bagaimana para ahli sihir itu akhirnya menerima dakwah Nabi Musa a.s. setelah mereka menyaksikan bukti nyata. Menyaksikan sebuah hukum alam tentang kekuatan dan kelemahan, tentang kesombongan yang mampu menghalangi segala.

Berabad-abad kemudian, Allah menurunkan mukjizat yang jauh lebih hebat dari yang diturunkanNya kepada Nabi Musa a.s.. Mukjizat yang paling hebat yang pernah diturunkanNya. Mukjizat yang dapat menjadi solusi terhadap seluruh permasalahan manusia. Mukjizat yang pernah dibuktikan secara nyata oleh mediator pembawanya, Nabi Muhammad s.a.w..

Maka sayapun merasa tertohok, tersadarkan, sekaligus miris terhadap kenyataan yang ada. saat ini Saya adalah seorang sarjana Psikologi yang jauh sekali dari sebutan seorang ahli. Maka bagaimana saya dapat berdakwah dengan core-competency yang saya miliki, jika kenyataannya seperti ini. Maka bagaimana saya dapat menunjukkan bukti kebenaran Islam jika sampai saat ini saya belum mempelajari psikologi Islam secara mendalam. Maka bagaimana Islam dapat menjadi cahaya semesta jika kita sebagai pemeluknya saat ini, belum membuktikan secara nyata bahwa Islam bisa menjadi solusi seluruh permasalahan yang ada di bumi. Wallahu 'alam bish showab.

Tangerang, 3 Februari 2009
07:29 WIB
"Yang sedang mempelajari..."
Share:

Senin, 02 Februari 2009

Hingga Unta Masuk ke Lubang Jarum

Selama ini saya adalah orang yang selalu terbuka pada setiap kemungkinan. Kemungkinan terhadap segala hal yang mungkin terjadi di bumi ini, kemungkinan terhadap keajaiban, dimana Allah Mengintervensi hukum alam, dan 1001 kemungkinan lain. Sebenarnya tidak ada yang salah dalam hal ini. Yang salah adalah sifat keterbukaan yang berlebihan sehingga menutup ketidakmungkinan dalam kosakata pikiran. Hingga si Alan datang dan menyadarkan saya tentang hal ini.

Alan: "Man, gue baru nemu ayat yang menarik nih."

Iman: "Ayat apaan Lan?"

Alan: "Surat Al A'raaf ayat 40."

Iman: "Tentang apaan? Menariknya dimana?"

Alan: "Intinya tentang tidak akan diterimanya doa dan amalan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan menyombongkan diri terhadap ayat-ayat tersebut. Tidak akan diterima hingga unta masuk ke lubang jarum."

Iman: "Terus?"

Alan: "Menarik bukan? Hingga unta masuk ke lubang jarum."

Saya berpikir sebentar, mencerna dan mencari kata-kata.

Iman: "Bukankah sekarang manusia mampu menciptakan hampir apa saja Lan."

Alan: "Terus?"

Iman: "Manusia mampu menciptakan gedung pencakar langit, manusia mampu menciptakan kapal laut yang mampu menampung ribuan orang, jadi bukan tak mungkin jika manusia mampu menciptakan jarum raksasa yang besar lubangnya mampu dilewati seekor unta bukan?"

Alan: "Bener sih, tapi esensi dari sebuah jarum tuh apa man?"

Iman: "Untuk menjahit? Merapihkan jilbab akhwat?"

Alan: "Itu mah jarum pentul atuh. Yap, yang bener untuk ngejahit. Nah ketika suatu benda telah kehilangan esensinya, apakah ia masih bisa disebut sebagai benda itu? Nggak khan?"

Iman: "Jadi maksud lo, jarum raksasa yang bisa dilewati seekor unta itu harus bisa digunakan untuk menjahit, begitu?"

Alan: "Yap. Tinggi punuk unta dewasa tuh kurang lebih 1,85 meter, sedangkan kalau diukur sampai kepala itu sekitar 2 meteran. Sedangkan lebarnya kurang lebih 75 centi meter. Jadi untuk bisa dilewati seekor unta, paling nggak panjang dan lebar lubang jarum tuh 1.85 m x 75 cm."

Iman: "Itu baru lubangnya ya?"

Alan: "Yap. Jika perbandingan antara lubang jarum dan panjangnya kita ambil 1:30 aja, maka paling nggak panjang jarum tersebut sekitar 1.85 m x 30, yaitu 55.5 meter. Dan ingat, untuk disebut sebagai jarum, jarum raksasa ini harus dapat digunakan untuk menjahit."

Iman: "Berarti masalahnya tinggal menciptakan mesin jahit raksasa khan? Kenapa nggak bisa?"

Alan: "Bukan itu aja kali. Lo harus mikirin juga benang yang cocok untuk lubang segede gitu. Belum lagi kain yang bisa menolerir tusukan jarum dengan diameter segitu gede. Kalau kain biasa pasti langsung robek Man.

Iman: "Oke, masalahnya ternyata selain mesin jahit raksasa, kita harus nyari benang dan kain yang kompatibel dengan jarum tersebut. Kayaknya masih mungkin deh Lan..."

Alan: "Lo juga harus memikirkan kegunaan kain raksasa itu, karena kebanyakan manusia nggak akan mau menciptakan alat yang sia-sia yang gak berguna bagi dirinya."

Iman: "Hm..."

Saya berpikir dan terus berpikir. Penjelasan yang diberikan Alan sebenarnya sudah cukup lengkap dan detail. Tapi kok saya masih merasa ada yang kurang. Mungkinkah suatu saat manusia-manusia yang kurang kerjaan tapi memiliki teknologi itu akan menciptakan jarum raksasa? Mungkinkah kesombongan mereka untuk mendustakan ayat-ayat Allah diwujudkan dengan memasukan unta ke lubang jarum yang mereka cipta?

"Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan." (QS. 7:40)


Tangerang, 2 Februari 2009
17:52 WIB
Share:

Logika Iman

Pada suatu hari, terjadi diskusi menarik antara saya dan Alan teman saya. Kira-kira isinya begini:

Alan: "Tahu gak Man, sekarang udah ada teknologi untuk menghilangkan cacing pita dari daging babi loh!"

Iman: "Terus kenapa?"

Alan: "Kalau cacing pita berbahaya yang berbahaya itu udah bisa dihilangkan dengan teknologi, berarti daging babi gak haram lagi dong!?"

Iman: "Loh kok bisa begitu?"

Alan: "Iya lah, khan selama ini babi diharamkan karena mereka binatang yang kotor dan berpotensi besar menyebabkan penyakit. Nah jika kita berhasil menghilangkan sumber penyakitnya, berarti udah gak ada alasan lagi untuk mengharamkan daging babi."

Iman: "Lo tau darimana kalo itu alasan pengharaman babi?"

Alan: "Ya, secara logika khan begitu.."

Iman: "Emang menurut lo, di jaman Rosulullah udah ada tuh teknologi yang bisa mendeteksi cacing pita pada babi"

Alan: "Kayaknya belom deh Man."

Iman: "Jadi secara logika pula, kita dapat menyimpulkan khan, bahwa pengharaman daging babi tuh bukan karena cacing pita yang ada di dalamnya?"

Alan: "Yap. Terus?"

Iman: "Penemuan teknologi yang mendeteksi adanya cacing pita pada daging babi tuh cuma satu bagian yang menegaskan kebenaran syariah bahwa Allah Memiliki alasan untuk mengharamkan daging babi. Tapi apakah cuma cacing pita itu yang menjadi alasan pengharaman daging babi? Gue percaya bahwa alasannya bukan cuma itu Lan."

Alan: "Terus apalagi dong?"

Iman: "Wallahu 'Alam."
Alan: "Gak logis..."

Iman: "Emang gak logis. Karena logika emang selalu terlambat mengikuti agama."

Alan: "Loh???"

Iman: "Yah lo bisa lihat contoh pada daging babi tadi lah. Jauh sebelum ditemukannya cacing pita pada daging babi, Islam sudah mengharamkan daging babi ini. Larangan ini berlaku sampai akhir jaman, bukan hanya ketika kita berhasil menghilangkan cacing pita di dalamnya. Bukankah dulu kita gak tahu bahwa di dalam daging babi tuh ada cacing pita yang berbahaya? Sama seperti sekarang kita gak tahu bahwa mungkin di dalam daging babi ini ada lagi zat berbahaya yang belum dideteksi teknologi."

Alan terdiam, saya juga.

Tangerang, 2 Februari 2009
06:45 WIB
Share:

Minggu, 01 Februari 2009

Di Puncak Keimanan

Di puncak keimanan, aku pasti menyesali kemalasan yang kulakukan, karena disini kulihat puncak yang jauh lebih tinggi...

Di puncak keimanan, aku pasti mengutuk segala bentuk kesia-siaan, karena ternyata jarak yang harus kutempuh masih panjang...

Di puncak keimanan, aku pasti bisa bertahan, bahkan terus berjalan, tak payah karena ngos-ngosan menahan godaan...

Di puncak keimanan, di sanalah kugantungkan harapan, dan kesanalah aku sedang berjalan...

Slipi, 31 Januari 2009
kira-kira pukul 19:00 WIB
Share:

Antara Ana, Ane, Saya, dan Gue

"Ana cuma mau memberi tanggapan ustad. Jika keajaiban air yang sekarang sedang ngetrend itu memang benar, maka sebagai seorang muslim kita seharusnya tidak usah heran. Kita sudah mempraktekkan hal ini dari dulu. Bukankah kata-kata paling bagus dan paling positif itu adalah kata-kata yang langsung berasal dari Allah? Bukankah tubuh kita ini sebagian besar terdiri dari air? Jadi wajar jika tubuh yang sering bersentuhan dengan Kalimat Allah menjadi tubuh yang memiliki keindahan kristal air jauh melebihi kristal air yang digambarkan dalam buku itu, menjadi tubuh yang mencerminkan keindahan Kalimat Allah itu sendiri...",
terlontar dalam sebuah forum rutin, ketika membahas tentang keajaiban air..

"Ane agak kurang sependapat akh. Menurut ane, kita tidak bisa begitu saja mempercayai apa yang dikatakan media. Kalo menurut teman ane, kasus ini terkait dengan konspirasi global perdagangan senjata. Untuk bisa survive, industri senjata pasti membutuhkan konsumen. Dan konsumen dalam bentuk negara ini tentu hanya butuh jika negara tersebut memiliki musuh. Maka diciptakanlah musuh bagi negara-negara tersebut. Direkrutlah jenderal-jenderal yang kurang bermoral dan membutuhkan modal...",
terlontar dalam sebuah diskusi yang membahas tentang Amrozi.

"Saya pikir kita harus melakukan berbagai pendekatan terhadap anak-anak Pak. Tidak melulu pendekatan yang bersifat formal dan tegas seperti yang selama ini terjadi. Kita juga butuh orang untuk menjadi bagian dari anak-anak, sehingga kita bisa memantau apa yang terjadi pada mereka ketika mereka di luar pengawasan kita...", terlontar dalam sebuah rapat pembina asrama di sebuah sekolah boarding school di Sukabumi.

"Gue usul sih lo aja yang ngebuka Yat. Entar pas ice breaking baru bagian lo Mal...",
terlontar dalam sebuah diskusi persiapan team building training.

Tangerang 1 Februari 2009
05:54 WIB
Share: