Jika ada orang yang bersyukur terhadap apa yang tidak mereka miliki, maka untuk mensyukuri semua yang saya miliki saja, saya tak kuasa. Karena dalam hidup yang saya jalani ini, terlalu banyak hal yang saya miliki. Terlalu banyak hal yang telah diberikanNya. Terlalu banyak hal yang harus disyukuri.
Saya memiliki nyawa, yang membedakan saya dengan orang-orang yang telah meninggal dunia. Nyawa yang tidak akan pernah dapat ditiru penciptaannya. Nyawa yang rela ditukar oleh para pencinta yang kehilangan kekasihnya, dengan apa saja. Nyawa yang terkadang kita lupa bahwa kita memilikinya, bahkan banyak yang sia-sia.
Saya memiliki iman yang terhujam dalam dada. Iman yang membalikkan paradigma. Iman yang tak seorangpun sanggup menunjukkannya kepada saya, bahkan seorang Muhammad sekalipun, jika tanpa KehendakNya.
Saya memiliki...segala. Karena dengan dua hal itu saja saya takkan pernah sanggup untuk membalasNya. Apalagi untuk membalas nikmat lainnya, seperti nikmat sehat, keluarga, ukhuwah islamiyah, kecerdasan, dan lain sebagainya.
Pernah saya tidak bisa pulang karena uang yang saya bawa kurang 1000 rupiah, padahal biasanya saya menganggapnya receh. Pernah saya melupakan kenikmatan memiliki tempat tinggal, sampai saya harus terdampar dan tidur di terminal. Pernah saya melupakan apa yang saya miliki, sampai Allah Mengambilnya kembali.
Maka jika ada orang yang bersyukur terhadap apa yang tidak mereka miliki, untuk mensyukuri segala yang saya miliki saja saya tak kuasa.
Saya memiliki nyawa, yang membedakan saya dengan orang-orang yang telah meninggal dunia. Nyawa yang tidak akan pernah dapat ditiru penciptaannya. Nyawa yang rela ditukar oleh para pencinta yang kehilangan kekasihnya, dengan apa saja. Nyawa yang terkadang kita lupa bahwa kita memilikinya, bahkan banyak yang sia-sia.
Saya memiliki iman yang terhujam dalam dada. Iman yang membalikkan paradigma. Iman yang tak seorangpun sanggup menunjukkannya kepada saya, bahkan seorang Muhammad sekalipun, jika tanpa KehendakNya.
Saya memiliki...segala. Karena dengan dua hal itu saja saya takkan pernah sanggup untuk membalasNya. Apalagi untuk membalas nikmat lainnya, seperti nikmat sehat, keluarga, ukhuwah islamiyah, kecerdasan, dan lain sebagainya.
Pernah saya tidak bisa pulang karena uang yang saya bawa kurang 1000 rupiah, padahal biasanya saya menganggapnya receh. Pernah saya melupakan kenikmatan memiliki tempat tinggal, sampai saya harus terdampar dan tidur di terminal. Pernah saya melupakan apa yang saya miliki, sampai Allah Mengambilnya kembali.
Maka jika ada orang yang bersyukur terhadap apa yang tidak mereka miliki, untuk mensyukuri segala yang saya miliki saja saya tak kuasa.
Ketika Aisyah mendapati Rasulullah saw. senantiasa melaksanakan shalat malam tanpa henti, bahkan seakan-akan memaksa diri hingga kakinya bengkak-bengkak. Saat ditanya oleh Aisyah, “Kenapa engkau berbuat seperti ini? Bukankah Allah telah menjamin untuk mengampuni segala dosa-dosamu?” Rasulullah menjawab, “Tidakkah (jika demikian) aku menjadi hamba Allah yang bersyukur”. (HR. Al-Bukhari).
Tangerang, 26 Februari 2009
09:41 WIB
"Alhamdulillah"
09:41 WIB
"Alhamdulillah"