Satu hal yang saya pelajari dari pengalaman saya sebagai pembina asrama adalah tentang kewajiban orang tua mendidik anaknya dan implikasi dari kewajiban tersebut. Karena di asrama nan jauh di sana, saya menemukan contoh menarik yang dapat dijadikan perbandingan.
Jika anda tidak sepakat bahwa orang tua wajib mendidik anaknya, maka jangan teruskan membaca tulisan ini, karena asumsi dasar dari tulisan ini adalah tentang kewajiban orang tua dalam mendidik anak. Tetapi jika anda sepakat dengan saya, maka saya akan mengingatkan lagi dasar dari kewajiban mendidik anak dalam Al Quran dan sunnah.
Tentu kita ingat tentang surat dalam Al Quran yang mengkhususkan diri dalam masalah pendidikan anak. Yap, benar sekali. Itu adalah surat Luqman. Surat itu menceritakan tentang segala aspek yang perlu kita ketahui dalam mendidik anak, mulai dari sikap dalam mendidik, materi, sampai pada tahapan dalam mendidik. Silahkan anda baca surat Luqman ayat 13, 16 sampai 19.
Al Quran juga menceritakan kepada kita tentang bagaimana para Nabi mendidik anak-anaknya, mulai dari Ibrahim as. (QS.2:132), Nuh as. (QS. 11:42), sampai kepada Ya'qub (QS. 12:87). Walaupun tidak diceritakan secara lengkap, tapi kita dapat mengambil pelajaran bahwa bahkan para nabi pun, yang dalam hal ini memiliki tanggung jawab besar serta tugas yang teramat berat, masih sempat untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Karena apa? Karena ini memang kewajiban yang dibebankan Allah kepada hambaNya, tak peduli siapapun dia.
Lalu bagaimana dengan Rasulullah saw.? Dalam hal ini saya mengutip hadits sahih yang cukup populer mengenai pendidikan anak: "Rasulullah saw. bersabda: 'Suruhlah anak-anakmu mengerjakan sholat bila mereka telah berusia tujuh tahun, dan pukullah jika meninggalkannya pada saat mereka berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur!'" (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim yang mengatakan hadits ini sahih atas syarat Muslim).
Mengapa cuma sholat? Mungkin anda bertanya seperti ini. Lalu aspek lainnya mana? Dan pertanyaan ini langsung mengikuti. Sebenarnya, secara tidak langsung, banyak hal yang diwajibkan kepada kita sebagai orang tua dan calon orang tua dengan pendidikan sholat ini. Kita tentu masih ingat pelajaran tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan sholat, mulai dari aspek hukum, syarat sah sholat, aspek psikologis dalam sholat, sampai aspek sosial dalam sholat berjamaah.
Mari kita ambil satu contoh tentang syarat sah sholat. Sholat bisa disebut sah jika mengikuti kaidah sebagai berikut: Pertama, dilakukan tepat waktu. Kedua, suci dari hadats kecil dan hadats besar. Ketiga, suci badan, pakaian, dan tempat sholat dari najis. Keempat, menutup aurat. Kelima, menghadap kiblat. Dan keenam, mengikuti tata cara sholat yang dicontohkan Nabi saw.
Dari satu aspek tentang syarat sah sholat ini saja, kita harus mengajarkan pada anak kita minimal enam hal seperti disebutkan di atas. Dan jika kita ambil contoh hal kedua dari aspek ini, maka secara tidak langsung kita diharuskan untuk memberikan pendidikan sex pada anak kita, terutama yang berkaitan dengan mimpi basah dan menstruasi.
Itu baru satu aspek. Jika kita taat kepada Rasulullah saw., maka mau tidak mau kita harus menggali dan mengajarkan semua aspek dalam sholat kepada anak kita. Dan jika kita melakukan hal tersebut, maka kita akan menemukan bahwa pendidikan sholat ini ternyata mencakup seluruh aspek dalam hidup kita, juga dalam hidup anak-anak kita. Berat bukan?
Lalu apakah kita yang harus melakukan itu semua? Itulah gunanya sekolah.
Bersambung...
Tangerang, 4 Februari 2009
07:50 WIB
Jika anda tidak sepakat bahwa orang tua wajib mendidik anaknya, maka jangan teruskan membaca tulisan ini, karena asumsi dasar dari tulisan ini adalah tentang kewajiban orang tua dalam mendidik anak. Tetapi jika anda sepakat dengan saya, maka saya akan mengingatkan lagi dasar dari kewajiban mendidik anak dalam Al Quran dan sunnah.
Tentu kita ingat tentang surat dalam Al Quran yang mengkhususkan diri dalam masalah pendidikan anak. Yap, benar sekali. Itu adalah surat Luqman. Surat itu menceritakan tentang segala aspek yang perlu kita ketahui dalam mendidik anak, mulai dari sikap dalam mendidik, materi, sampai pada tahapan dalam mendidik. Silahkan anda baca surat Luqman ayat 13, 16 sampai 19.
Al Quran juga menceritakan kepada kita tentang bagaimana para Nabi mendidik anak-anaknya, mulai dari Ibrahim as. (QS.2:132), Nuh as. (QS. 11:42), sampai kepada Ya'qub (QS. 12:87). Walaupun tidak diceritakan secara lengkap, tapi kita dapat mengambil pelajaran bahwa bahkan para nabi pun, yang dalam hal ini memiliki tanggung jawab besar serta tugas yang teramat berat, masih sempat untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Karena apa? Karena ini memang kewajiban yang dibebankan Allah kepada hambaNya, tak peduli siapapun dia.
Lalu bagaimana dengan Rasulullah saw.? Dalam hal ini saya mengutip hadits sahih yang cukup populer mengenai pendidikan anak: "Rasulullah saw. bersabda: 'Suruhlah anak-anakmu mengerjakan sholat bila mereka telah berusia tujuh tahun, dan pukullah jika meninggalkannya pada saat mereka berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur!'" (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim yang mengatakan hadits ini sahih atas syarat Muslim).
Mengapa cuma sholat? Mungkin anda bertanya seperti ini. Lalu aspek lainnya mana? Dan pertanyaan ini langsung mengikuti. Sebenarnya, secara tidak langsung, banyak hal yang diwajibkan kepada kita sebagai orang tua dan calon orang tua dengan pendidikan sholat ini. Kita tentu masih ingat pelajaran tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan sholat, mulai dari aspek hukum, syarat sah sholat, aspek psikologis dalam sholat, sampai aspek sosial dalam sholat berjamaah.
Mari kita ambil satu contoh tentang syarat sah sholat. Sholat bisa disebut sah jika mengikuti kaidah sebagai berikut: Pertama, dilakukan tepat waktu. Kedua, suci dari hadats kecil dan hadats besar. Ketiga, suci badan, pakaian, dan tempat sholat dari najis. Keempat, menutup aurat. Kelima, menghadap kiblat. Dan keenam, mengikuti tata cara sholat yang dicontohkan Nabi saw.
Dari satu aspek tentang syarat sah sholat ini saja, kita harus mengajarkan pada anak kita minimal enam hal seperti disebutkan di atas. Dan jika kita ambil contoh hal kedua dari aspek ini, maka secara tidak langsung kita diharuskan untuk memberikan pendidikan sex pada anak kita, terutama yang berkaitan dengan mimpi basah dan menstruasi.
Itu baru satu aspek. Jika kita taat kepada Rasulullah saw., maka mau tidak mau kita harus menggali dan mengajarkan semua aspek dalam sholat kepada anak kita. Dan jika kita melakukan hal tersebut, maka kita akan menemukan bahwa pendidikan sholat ini ternyata mencakup seluruh aspek dalam hidup kita, juga dalam hidup anak-anak kita. Berat bukan?
Lalu apakah kita yang harus melakukan itu semua? Itulah gunanya sekolah.
Bersambung...
Tangerang, 4 Februari 2009
07:50 WIB
jadi inget pas share tentang hal ini di sekolah terbuka smp/sma Qaryah Thayyibah....
BalasHapusagak2 nggak ngerti juga, si sebetulnya. soalnya keburu ngantuk n bt...
:)
BalasHapus^_^
BalasHapusbtw, iman jadi pembina asrama dimana yah??
wah... kak iman masih di pesantren toh?? kirain sudah pindah...
BalasHapustapi ternyata banyak sekali hal yang bisa dipelajari dari satu bab tentang shalat ya...
BalasHapusMudah2an postingan ini mudah dimengerti ya...
BalasHapus:) juga
BalasHapusDi smp internat al kausar. Sukabumi...
BalasHapusWuih... ada ibu-ibu manggil saya kakak. Jadi gak enak. Hehehe...
BalasHapusUdah pindah kok ki... Ini cuma menceritakan pengalaman masa lalu aja...
wah, sudah kuduga..
BalasHapuskenal sama guru komputernya ngga? ka Yusuf =D
masih disana ngga ya??
@diny:
BalasHapusAda juga pak yusuf guru fisika. Guru komputernya dah ganti.
tentu saja sangat berat,,
BalasHapussangat malah,,
makanya, sebagai madrasah pertama, seorang ibu dituntut(ini kata2 versi saya: dituntut) untuk mengetahui hal yang cukup tentang agama, setidak-tidaknya untuk mengajari anak kita, apa itu Islam, siapa itu Alloh, dan bagaimana cara memetik manfaat dari Al-Qur'an,,
(maaf kalo ada kalimat/kata-kata yang salah/ ga bener/ ngaco, maklum, masih mahasiswa,, )
@intan aja:
BalasHapusEmang klo udah bukan mahasiswa dijamin gak ngaco ya?
Btw, ini bukan cuma tugas ibu kok..
setidaknya kalo udah lulus, ke-ngaco-annya bakal terminimalisir(bener kagak sih? ane kan belum pernah lulus,,*yaiyalah belon,,*)
BalasHapusiya, bukan cuma tugas ibu,,
tapi, ibu kan madrasah pertama kak,,
setidaknya, subjektif dari saya, ini tugas ibu,,
@intan aja:
BalasHapusYap, madrasah pertama..
Dunia kampus tuh jauh lebih nyaman. Banyak aktivis justru jadi ngaco ketika keluar dari sana. Nikmati aja ya..
siph!
BalasHapusdeuu,,
yang udah jadi alumni kampus,
hehehee..
sepertinya sudah siap jadi bapak ni..:)
BalasHapus@hannakhaliddiyyah:
BalasHapusUdah dong.. :)