Selasa, 03 Februari 2009

Belajar dari Ahli Sihir Profesional

Dalam suatu pertemuan, bersama teman-teman Learning Quest, dengan calon klien kami, kami saat itu ditanya oleh calon klien kami. Satu pertanyaan sederhana yang entah sengaja atau tidak seperti menguji kompetensi kami. Kami ditanya tentang buku psikologi islam terbaik yang pernah kami baca.

Jujur saja sampai saat itu saya belum begitu serius mempelajari psikologi islam, apalagi membaca sampai tuntas buku yang mengkhususkan diri mengenai hal itu. Bahkan untuk mempelajari psikologi secara umum saja saya bisa dibilang kurang. Padahal bukankah psikologi adalah core-competency saya?

Berkaitan dengan core-competency, tadi malam saya mendapatkan pelajaran yang berharga. Saya membaca kisah dakwah Nabi Musa a.s. di surat Al A'raaf ayat 103 - 126. Ayat ini bercerita tentang perjuangan Nabi Musa a.s. berdakwah di negeri Fir'aun. Seperti kebanyakan manusia pada umumnya, Fir'aun meminta bukti kenabian Musa a.s. sebelum memutuskan apakah Musa membawa kebenaran atau cuma bualan belaka. Maka Nabi Musa a.s. pun menunjukkan mukjizatnya.

Fir'aun dan pemukanya yang menyaksikan langsung mukjizat tersebut ternyata tidak dengan serta merta mengakui hal itu sebagai bukti, karena mereka pernah melihat sihir, dan menganggap apa yang dilakukan Nabi Musa a.s. itu sebagai sihir. Maka dikumpulkanlah ahli sihir-ahli sihir terbaik di negeri itu untuk bertanding melawan Nabi Musa a.s..

Para ahli sihir tersebut, sebagaimana layaknya manusia pada umumnya, meminta bayaran kepada Fir'aun jika mereka berhasil mengalahkan Nabi Musa a.s.. Fir'aun setuju, dan bahkan dia akan memberikan kedudukan di istana untuk ahli sihir yang berhasil mengalahkan Nabi Musa a.s.. Maka hari pertandingan pun tiba.

Pada hari H, ahli sihir-ahli sihir itu benar-benar menunjukkan core-competency mereka sebagai ahli sihir terbaik di seluruh penjuru negeri. Mereka memperlihatkan sihir yang menakjubkan, yang menjadikan banyak orang takut. Bahkan Nabi Musa a.s. pun sempat merasa takut, sampai Allah Memberikan ketenangan kepada beliau. Setelah Nabi Musa a.s. merasa tenang, beliaupun melemparkan tongkatnya dan menunjukkan mukjizat Allah. Maka ditelanlah seluruh sihir yang ada oleh tongkat Nabi Musa a.s. yang berubah menjadi ular besar.

Yang menarik disini adalah, ketika sihir mereka dihancurkan oleh Nabi Musa a.s., para ahli sihir tersebut langsung menyadari bahwa ternyata ada yang jauh lebih hebat dari mereka dalam hal ilmu sihir. Bahkan mereka menyadari bahwa ilmu sihir ini adalah ilmu sihir terbaik yang pernah mereka saksikan, yang sampai kapanpun tidak akan sanggup mereka kalahkan. Merekapun dengan legowo mengakui kekalahan mereka, karena sebagai seorang profesional di bidang sihir, mereka menyadari kehebatan "sihir" Nabi Musa a.s..

Setelah para ahli sihir tersebut mengakui kekalahan mereka, merekapun mulai menerima kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Musa a.s.. Maka mereka akhirnya tunduk dan bersujud, mengakui keimanan mereka terhadap Tuhannya Nabi Musa a.s..

Berbeda dengan para ahli sihir, Fir'aun dan para pembesarnya yang dalam hal ini tidak mengerti sihir, merasa marah dan kecewa atas kemenangan Nabi Musa a.s.. Bahkan lebih marah lagi ketika para ahli sihir tersebut mengaku kalah, tunduk, dan bersujud kepada tuhannya Nabi Musa a.s.. Karena kesombongannya, Fir'aun sama sekali tidak menerima kenyataan yang ada. Cerita pun berlanjut, tapi saya tidak akan meneruskannya disini.

Menarik bukan? Menyaksikan bagaimana para ahli sihir profesional itu dikalahkan oleh Nabi Musa a.s.. yang jauh lebih profesional. Menyaksikan bagaimana para ahli sihir itu akhirnya menerima dakwah Nabi Musa a.s. setelah mereka menyaksikan bukti nyata. Menyaksikan sebuah hukum alam tentang kekuatan dan kelemahan, tentang kesombongan yang mampu menghalangi segala.

Berabad-abad kemudian, Allah menurunkan mukjizat yang jauh lebih hebat dari yang diturunkanNya kepada Nabi Musa a.s.. Mukjizat yang paling hebat yang pernah diturunkanNya. Mukjizat yang dapat menjadi solusi terhadap seluruh permasalahan manusia. Mukjizat yang pernah dibuktikan secara nyata oleh mediator pembawanya, Nabi Muhammad s.a.w..

Maka sayapun merasa tertohok, tersadarkan, sekaligus miris terhadap kenyataan yang ada. saat ini Saya adalah seorang sarjana Psikologi yang jauh sekali dari sebutan seorang ahli. Maka bagaimana saya dapat berdakwah dengan core-competency yang saya miliki, jika kenyataannya seperti ini. Maka bagaimana saya dapat menunjukkan bukti kebenaran Islam jika sampai saat ini saya belum mempelajari psikologi Islam secara mendalam. Maka bagaimana Islam dapat menjadi cahaya semesta jika kita sebagai pemeluknya saat ini, belum membuktikan secara nyata bahwa Islam bisa menjadi solusi seluruh permasalahan yang ada di bumi. Wallahu 'alam bish showab.

Tangerang, 3 Februari 2009
07:29 WIB
"Yang sedang mempelajari..."
Share:

10 komentar:

  1. Hmm.. Kalau Iman, Psikologi Islam.. Aku, Kedokteran Islam..

    Kapan ya belajarnya... Hmmm.. *ngomong doang, belum berencana*

    BalasHapus
  2. seperti sms-ku waktu itu El, mari kita PKS (Perbaiki Kompetensi Sebaik-baiknya) untuk PKS (Perwujudkan Kebangsaan Sehat) hehehe

    *abis kuliah hari pertama semester 8, dan merasa bodoh sekali, dan berpikir belajar anatomi dan faal lagi* (parah betul kan El?)

    BalasHapus
  3. @dian:
    Bukannya biasanya cuma ngomong doang ya? He2..

    BalasHapus
  4. @ludi:
    Anatomi dan faal? Wuih..untung saya anak sosial. Hee..

    BalasHapus
  5. masih ada lagi kak, patofisiologi, farmakologi, dll..

    BalasHapus
  6. ok, cukup, hentikan...
    baru ngedengernya aja saya langsung pusing niy...

    BalasHapus
  7. ooh,, psikolog rupanya..
    saya pernah nulis tentang definisi penyakit jiwa di blog, silahkan kalau mau berkomentar.
    saya bukan mahasiswa psikologi tapi sangat menyukai bidang ini. sedikit banyak tahu dari hasil membaca.. ^__^

    BalasHapus
  8. @hannakhaliddiyyah:
    Sip, nanti kesana deh..

    BalasHapus