Satu hal yang tertinggal dari masa lalu gue adalah kecintaan dan kerinduan gue pada alam. Entah kenapa? Dan entah bagaimana?
Mungkin itu adalah sebuah fitrah manusia yang mencintai sesama makhluk Tuhan. Sebagaimana gue mencintai manusia lain, gue juga mencintai alam, dan bahkan terkadang rindu untuk bercengkerama dengannya. Rindu untuk merasakan dinginnya alam yang memberikan kehangatan tersendiri. Rindu untuk merasakan gelapnya malam yang memberikan nuansa tersendiri. Rindu akan cahaya bulan, gemerlap bintang, tetesan air embun dan hujan, kicauan burung dan suara binatang, serta nafas yang tersengal dalam perjalanan menapaki udara bersih yang bebas polutan.
Kerinduan gue memang bukan tanpa alasan. Bukan kerinduan semu seorang putri yang mengharapkan pangeran impian. Bukan juga kerinduan pungguk merindukan bulan. Tapi kerinduan pada teman lama yang beberapa waktu ini tidak berjumpa. Karena gue kenal dengan alam. Gue sering berinteraksi dengan alam. Dan gue jatuh cinta pada alam.
Cinta itu masih ada. Rindu itu masih menggebu. Bahkan ketika seluruh tatanan hidup gue berubah, cinta dan rindu masih bersatu untuk senantiasa memanggil gue kembali ke pangkuan alam. Ibarat karang yang tertinggal dalam gelombang revolusi, kecintaan dan kerinduan gue pada alam justru menemukan bentuk baru yang sesuai dengan habitatnya kini.
Entah ini fitrah. Ataukah akibat ukhuwah yang terlalu lekat, sehingga alam tetap bertahan dalam semesta cinta gue yang terus menerus mengalami perubahan.
sepertinya setelah ibu adalah alam :)
BalasHapusnyambung comment..
Cinta alam dan seisinya.. :)
BalasHapuskasian ntar yg jadi istrinya, kalah ama gunung sepertinya :)
BalasHapusMungkin malah akan menularkan kecintaan ini pada istri tercinta.. :)
BalasHapusmmm,, maunya :)
BalasHapus