Selasa, 14 Agustus 2007

Demi Masa

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3)

 Pernah aku terjebak dalam suatu putaran waktu. Waktu dimana aku menyia-nyiakan hidup, dan juga menyia-nyiakan waktu itu sendiri. Waktu dimana aku benar-benar menjadi orang yang merugi.

 

Kujalani hari-hariku dengan kesia-siaan. Kujalani waktuku dengan permainan dan senda gurau belaka. Dan kujalani hidupku dengan kehampaan tanpa sedikitpun berpikir bahwa hidup ini ada batasnya.

 

Berbagai kegiatan kulakukan, dan berbagai aktivitas kujalani. Tapi tak satupun kupahami untuk apa sebenarnya kulakukan semua ini. Yang aku tahu bahwa beginilah cara menghabiskan waktu yang tepat dalam hidupku.

 

Aku aktif di organisasi dan pada saat yang sama juga bersosialisasi. Tak kulupakan pula tugas utamaku sebagai mahasiswa, menimba ilmu sampai meraih gelar sarjana. Di sela waktu luangku, yang kadang kuciptakan sendiri, akupun bersenang-senang dengan bermain game yang sedang ngetrend saat itu, sampai terkadang aku lupa waktu, dan aktivitasku yang lainnyapun terganggu.

 

Begitulah hidupku. Walaupun kuisi dengan berbagai kegiatan, aktivitas, dan permainan, tapi entah kenapa aku masih merasa hampa. Hampa karena satu pertanyaan yang selalu menghantui: ‘Untuk apakah semua ini?’

 

Berbeda ketika aku masih kecil dulu. Pertanyaan sederhana ini kuolah tanpa proses yang rumit oleh otak kecilku. Aktivitasku belajar di SD untuk masuk ke SMP Negeri favorit yang diinginkan orang tuaku. Aktivitasku bersosialisasi, untuk mencari teman sehingga aku tidak menjadi anak yang kesepian. Aktivitasku bermain, untuk menghibur diri setelah terkungkung dalam rutinitas hidupku. Bahkan pada saat itu, semua rutinitas hidupku kuanggap sebuah permainan yang bertujuan untuk mengibur diri, setiap saat dan setiap waktu.

 

Tapi waktu pun menunjukkan kehebatannya dengan merubah pola pikirku yang sederhana itu. Waktu menyadarkanku bahwa hidup ini bukanlah permainan dan senda gurau belaka. Pertanyaan ‘Untuk apa semua ini?’ tidak bisa secara sederhana dijawab sebagaimana aku kecil dulu.

 

Mungkin aku bisa menggunakan jawaban yang biasa digunakan oleh kebanyakan orang, bahwa aktivitas yang kujalani sehari-hari ini, untuk masa depanku nanti. Bahwa kuliah yang kuikuti berguna untuk modal mencari kerja. Bahwa keaktifanku di organisasi untuk menambah ruang kosong di CV. Bahwa game yang kumainkan, lagu-lagu yang kudengarkan, film yang kutonton, semuanya berguna untuk refreshing sekaligus media sosialisasi sehingga aku tidak termasuk orang yang terasing nantinya.

 

Tapi walaupun sudah kucoba, tetap saja jawaban-jawaban itu tidak bisa mengisi ruang kosong dalam jiwaku. Pertanyaan itu terlalu membekas dan menyisakan lubang yang begitu dalam, dan tidak akan terpuaskan hanya oleh jawaban yang begitu sederhana seperti jawaban masa SD ku dulu.

 

Lalu harus bagaimana?

 

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzaariyaat:56)

Share:

3 komentar:

  1. tiga pertanyaan besar: darimana kita datang, untuk apa kita ada, dan kemana kita akan pergi setelah ini..

    BalasHapus
  2. Dan ayat di atas sudah menjawab semuanya..

    BalasHapus