Selasa, 14 Agustus 2007

Kriteriaisasi

Manusia adalah makhluk unik yang tidak bisa dikelompokkan secara presisi kedalam suatu jenis kelompok tertentu. Tetapi ketika kita berbicara tentang orang lain, kita cenderung memasukkan dan mengkategorikan mereka dalam kriteria-kriteria tertentu.

 

Ketika kita mengamati seseorang yang suka bercanda dan tertawa, secara sadar atau tidak kita memasukkannya dalam kriteria humoris. Ketika kita melihat seorang wanita yang lembut, suka berinteraksi dengan anak kecil, kita melabelnya dengan kriteria keibuan. Dan berbagai contoh lainnya yang kita temui sehari-hari.

 

Dan bukan hanya itu. Terkadang proses pemikiran “top-down” kita pun amat tergantung dengan proses “kriteriaisasi” tersebut. Artinya, bukan hanya apa yang kita amati saja yang kita buat kriterianya, tetapi juga apa yang kita pikirkan kita buat kriterianya untuk kemudian diterapkan dalam dunia real.

 

Contohnya ketika kita hendak memilih seorang ibu yang baik untuk anak-anak kita, kebanyakan dari kita mungkin secara sadar atau tidak menetapkan kriteria-kriteria tertentu. Penyayang, bertanggung jawab, sabar, hangat, dan berbagai kriteria lain cenderung kita jadikan saringan untuk mempersempit pilihan. Dan bukan hanya calon ibu, seluruh peran yang menyangkut kehidupan kita, secara sadar ataupun tidak, telah kita buatkan kriterianya masing-masing. Mulai dari tingkat lokal seperti kriteria teman, kriteria rekan kerja, tingkat nasional seperti kriteria presiden, kriteria pahlawan, sampai tingkat global seperti kriteria sekjen PBB, dan lain-lain, semuanya memiliki kriteria unik walaupun ada beberapa yang dianggap general.

 

Dan saking banyaknya kriteria-kriteria yang kita miliki, yang sebanding dengan peran-peran yang berhubungan dengan kehidupan kita, tanpa sadar kriteria-kriteria tersebut bertransformasi menjadi individu-individu tanpa nama.

 

Depok, 14 Februari 2006

23:31 WIB

Share:

3 komentar:

  1. beruntung jk fakta yg kita alami sesuai dgn kriteria yg tlah kita tentukan,, tp saat seringkali tak sejalan, harus belajar nrimo, ikhlas, karena pasti itu yg terbaik dari Allah..

    BalasHapus
  2. @hannakhaliddiyyah:
    Nrimo dan ikhlas beda loh.. :)

    BalasHapus
  3. bedanya?
    apa karena nrimo diartikan pasrah tanpa tawakal?

    BalasHapus