Bukan Pujangga namanya jika menyerah dengan mudah begitu saja. Surat penolakan itu tak menyurutkan sang Pujangga untuk memiliki keindahan sang Rembulan. Dan sebagai orang yang cukup paham dengan ilmu perang, langkah pertama yang dilakukan Pujangga tentu saja mempelajari lebih dalam mengenai pujaan hatinya, sebagaimana strategi perang nomor satu: “pelajari musuhmu.”
Sebulan kemudian Pujangga mendapat laporan dari Tsabit, sahabat yang ia tugaskan untuk mencari informasi tentang Rembulan. Surat itu berbunyi:
“Pujangga, tugas telah kulaksanakan… Walaupun tidak mampu menggambarkan secara utuh, tapi informasi yang kudapat menunjukkan hasil yang luar biasa…
Rembulan adalah orang yang sangat taat menjalankan agama. Bukan hanya ibadahnya, tapi seluruh aspek kehidupannya menunjukkan hal tersebut. Ia bersikap baik dan ramah terhadap semua orang, pada anak kecil, orang tua, bahkan tumbuhan dan hewan. Gaya bicaranya lemah lembut, tapi tetap menunjukkan ketegasan. Gaya jalannya cepat, seakan ia turun dari ketinggian. Jika tertawa, jarang sekali giginya terlihat. Jika berbicara denganku, entah kenapa ia selalu menunduk.
Rembulan berteman dengan siapa saja. Ia disukai oleh hampir semua orang, terutama tetangga dan orang-orang yang setiap hari berinteraksi dengannya. Tapi ada lima orang teman dekatnya yang mirip dengan Rembulan. Gaya berpakaian mereka sama. Kelakuannya juga serupa. Dan setiap minggu mereka pasti berkumpul bersama, entah untuk apa.
Pujangga… Maaf, tapi tugas pengamatan ini membuat aku mengerti kenapa kau menyukai Rembulan. Dan cuma orang yang merasakan hal yang samalah yang mengerti hal tersebut… Sekali lagi maaf…”
Dan entah kenapa setelah membaca surat ini Pujangga merasa ada sesuatu menusuk punggungnya. Tugas ini memang berat, dapat menjadikan seorang kawan menjadi saingan.
Tapi ia mengerti satu hal, karenanya ia mengirim sms kepada Ikhwan, temannya satu kampus. Sms itu berbunyi:
“Aslm.Wan,sy bsdia ikut pngajian mgguan itu.Kpn n dmn?Rep asap.”
Tak lama ia menerima sms balasan dari Ikhwan. Sms itu berbunyi:
“Alaikum salam wR.Alhmdlillah.Klo bgitu nnti qta kumpul di MUI.Rabu ini jm 4sore.Nt gk da kul khan?”
Pujangga pun menjawab”
“Gk ada.Ok,sy usahakn datang tepat waktu”
Sebulan berlalu. Dan pada suatu waktu Pujangga mendapat sms yang cukup mengejutkan dari temannya. Sms itu berbunyi:
“Ga, lo kok brubah?”
Ia membalas:
“Brubah gmn?”
“Tiap sbtu mlm lo mhilang,gk hngout brg qta lg.Lo jg jd aneh.Lo skrg kmn2 jrng pke kaos lg,jaket mulu.Lo miara jenggot.Lo…pokonya bnyk bgt d”
“Wajar khan klo mnsia brubah?”
“Ya,tp prubahn lo tuh gk wajar Ga.Yasud,tnyt lo lbih parah dr yg gw duga”
Yap. Pujangga memang merasa ada perubahan pada dirinya. Tapi ada sesuatu yang tidak berubah dalam diri Pujangga, yaitu keinginan untuk memiliki Rembulan. Oleh sebab itu, ia kini rutin mengirim sms tausiyah kepada Rembulan. Dan puncaknya ialah sms yang berbunyi:
“Ya Allah,jk ku jatuh cinta,cintaknlh aku pd seseorg yg mlabuhkn cintanya pdMu,agar btambah kkuatanku u/ mcintaiMu.Ya Allah,jk ku jatuh hati,izinkanlh aku mnyntuh hati seseorg yg hatinya tpaut pdMu,agar tdk tjatuh aku dlm jurang cinta semu.Ana uhibbuki fillah ya ukhti!”
Dengan berdebar, sang Pujangga menunggu sms balasan. Tapi sms balasan tak kunjung tiba. Hingga beberapa hari kemudian ia menerima surat dari Rembulan. Surat itu berbunyi:
“Assalaamu ‘alaikum wR. wB.
Akh Pujangga yang Dirahmati Allah,
Sebenarnya ingin sekali Ulan membalas pernyataan cinta itu sesuai dengan sunnah Rasul, yaitu dengan mengirim sms seperti ini “Semoga Allah yang telah menjadikan kau mencintaiku karenaNya, mencintaimu pula” (HR. Abu Dawud, red). Tapi Ulan ragu apakah cinta akhi benar-benar karena Allah. Mungkin hanya Allah dan akhi yang tahu pasti.
Yang Ulan tahu pasti bahwa cara yang akhi tempuh ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang selama ini Ulan pegang. Karena untuk mendapat hasil yang baik, maka proses menuju kesananyapun harus baik. Bahkan Ulan ragu, apa sebenarnya tujuan akhi mengirim sms ini. Bagaimanapun terima kasih untuk semua sms tausiyah yang selama ini akhi kirim. Semoga Allah membalas semua itu dengan kebaikan.
Sebagai balasannya, ijinkan Ulan untuk mengingatkan akhi pada hadits berikut ini:
“Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai niat dan setiap orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barangsiapa berhijrah hanya karena Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu menuju Allah dan RasulNya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan, atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jlepp… Tusukan kali ini tepat menghantan ulu hatinya, di jantung, dan bagian terdalam dari otaknya. Sakit. Teramat sakit. Tapi juga memberikan penyadaran tentang segala hal yang selama ini terjadi. Lalu secara sadar pula ia menitikkan air mata bahagia… J
Tangerang, 11 Maret 2008
15:58 WIB